It’s a Wonderful Life
Gambar 1: George bersama istri dan anak-anaknya (Sumber: imdb.com) |
Film besutan Frank Capra pada tahun 1946 merupakan film yang
sudah tidak lepas dengan musim natalan. Menonton film ini pun sudah menjadi
kebiasaan saya selama memasuki musim natal.
Sepertinya natal semakin lengkap
dengan menonton film ini, begitu saja penjelasannya.
Sampai saat ini, saya belum pernah bosan untuk menonton film
ini. Sudah termasuk film lama, tapi esensi ceritanya yang tidak pernah usang.
Film ini bercerita mengenai George Bailey (James Stewart)
yang punya mimpi untuk berkeliling dunia, tapi tidak pernah terwujud karena
situasi memaksanya untuk tinggal dan mengurus perusahaan peminjaman milik
ayahnya yang sudah meninggal.
Dalam keterpaksaan yang tidak bisa dielakkan (begitu saya
menilainya), George menghentikan usaha Mr. Potters, orang terkaya di Bedford
Hills yang ingin menutup bisnis yang sudah berhasil membantu warga di sana.
Seiring berjalannya waktu, George akhirnya menikah dengan
teman masa kecilnya Mary Hatch (bahkan Mary sudah berjanji akan menikahi George
semasa kecil) dan memiliki empat orang anak.
Masalah muncul ketika Paman Billy (juga merangkap bekerja di
perusahaan Bailey) kehilangan uang sebanyak 8000 dolar ketika akan menyetornya
ke sebuah bank. Saat itu, warga membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhan
mereka di musim liburan natal. Mereka mendatangi George untuk meminjam uang
yang mereka simpan.
Putus asa dan tidak tahu apa yang harus dilakukan untuk
menggantikan uang 8000 dolar itu, George berniat untuk bunuh diri di sebuah
jembatan.
Adegan inilah yang menjadi awal film ini, yaitu ketika
ceritanya Joseph melapor kepada Bapa tentang kejadian ini. Mereka mendengar
banyak doa yang berharap Tuhan mau menolong George melalui kesusahannya. Maka,
mereka menurunkan Clarence, malaikat yang belum mempunyai sayap ke bumi untuk
menolong George. Lebih tepatnya, untuk menggagalkan rencana George untuk bunuh
diri. Kalau berhasil, Clarence akan mendapatkan sepasang sayap.
Sebelum George melompat dari jembatan, sudah ada orang yang
mendahuluinya. Akhirnya George melompat, bukan untuk bunuh diri, tapi untuk
menolong orang tersebut. Orang itu adalah Clarence. Setelah itu, Clarence dan
George terlibat dalam perbincangan, perdebatan, dan diskusi yang membuat George
berkata “Seandainya saya tidak pernah
hidup.”
Kalimat inilah yang menjadi awal kesadaran George dibantu
oleh Clarence betapa dia ingin sekali hidup. Clarence membantunya melihat
bagaimana keadaan keluarga, dan warga Bedford Hills kalau George tidak pernah
hidup. Harry adiknya meninggal saat mereka kecil. Mary tidak pernah menikah. Ibunya
menjanda. Pamannya masuk rumah sakit jiwa. Mr. Gower masuk penjara. George
tidak pernah punya keluarga dan anak-anak yang sangat ia sayangi.
Gambar 2: George bersama dengan Clarence (Sumber: imdb.com) |
Setelah menyaksikan semua itu, George menyadari bahwa ia
ingin sekali hidup. Akhirnya, George berdoa dan berharap semoga dia diberikan
kehidupan, dan doanya dikabulkan. Setelah menyadari dia telah hidup kembali,
George berlari menuju Bedford Hills sambil berteriak mengucapkan Selamat Natal
untuk semua penduduk dan bangunan di Bedford Hills.
Tidak hanya itu, keajaiban lain terjadi. Warga Bedford Hills
datang ke rumah George dan mengumpulkan uang untuk membantu George mengumpulkan
8000 dolar. Bala bantuan datang dari semua pihak.
Keajaiban di malam natal.
Gambar 3: Warga Bedford Hills mengumpulkan uang untuk membantu George (Sumber: imdb.com) |
Bagaimana dengan Clarence? Akhirnya, dia berhasil
mendapatkan sepasang sayap, setelah 200 tahun lebih menunggu.
Selamat Natal!
Selalu ada keajaiban dalam keberadaanmu.
27.12.2014
Komentar
Posting Komentar