Papua: Pulang ke Rumah

Hai! :)
Akhirnya hari yang ditunggu-tunggu tiba juga. Saya akan berangkat ke Papua, tepatnya ke Sentani dan Jayapura untuk mendirikan dua perpustakaan anak-anak. Kedatangan ini akan menjadi perjalanan pulang ke-2 setelah tahun lalu.

Rute perjalanan saya menuju Papua agak panjang karena saya berangkat dari Labuan Bajo, NTT. Jadi, dari Labuan Bajo saya akan ke Bali dulu, kemudian ke Jakarta. Setelah itu malam dini hari saya akan terbang langsung menuju Sentani, Jayapura. 

Dibutuhkan waktu sekitar 5 – 6 jam dengan pesawat langsung dari Jakarta. Saya belum ada rencana untuk melakukan kegiatan apa di dalam pesawat. Mungkin saya bisa menulis buku harian, itu pun kalau niat. Hahahah…
Dermaga Kampung Yenbekwan, Raja Ampat.
Saya punya banyak cerita menyenangkan maupun mendebarkan dengan Papua. Sewaktu masih jadi mahasiswa, di tahun 2011 saya bersama teman-teman melaksanakan program Kuliah Kerja Nyata di Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat. Kurang lebih tiga bulan kami berada di dua pulau di Distrik Meos Mansuar, yaitu Pulau Sauwandarek dan Yenbekwan.


Tahun lalu saya berkesempatan untuk berkunjung kembali ke Raja Ampat dengan misi yang berbeda. Saya juga mendirikan dua perpustakaan baru yang bekerja sama dengan SDN 2 Waisai dan SDN 25 Moko. Semua berjalan sangat lancar dan banyak orang-orang baik yang memudahkan perjalanan saya. Kalau mau menyebut nama mereka satu persatu tidak cukup tepat. Hehe.. Sebagian kecil ceritanya bisa di lihat di tautan di bawah.



Sekitar bulan April 2016 lalu saya juga ke Kabupaten Puncak Jaya untuk merelokasi perpustakaan yang berada di rumah warga ke sekolah dasar terpilih. Baca di sini:

Dan sekarang saya sedang ada di Sentani, ibukota kabupaten Jayapura. Saya akan mendirikan dua perpustakaan baru di sini, dan akan berkunjung lagi ke Puncak Jaya di awal bulan Mei nanti. Cerita masih panjang, kan? Hahah…

Kota Mulia, kab. Puncak Jaya, Papua
Kalau ke Papua, makanan yang paling saya cari adalah Bubur Manado. Saya memilih Bubur Manado menjadi salah satu makanan paling enak dan menyehatkan. Kalau punya cita-cita jadi vegetarian, cocoklah makan ini setiap hari. Hahaha…

Bubur Manado! Yummy..
Hal lain yang hanya ditemukan di Papua adalah kebiasaan orang Papua untuk makan pinang. Kalau melihat orang Papua pasti akan melihat bibir dan gigi yang bewarna merah. Itu adalah bekas setelah mengunyah pinang. Baik anak kecil maupun kakek-nenek, semua makan pinang. Juga kalau nanti melihat ada bekas cairan warna merah di jalan maupun tembok, jangan panik dulu ya. Itu adalah bekas air ludah orang yang makan pinang.

Hanya ada di Papua! :)
Saya belum berani memakan pinang seperti orang Papua memakannya. Ada yang bilang kalau pinang itu memabukkan. Akan tetapi, tidak sedikit orang Papua yang tetap memilih pinang kalau dibandingkan dengan rokok.

Orang Papua identik dengan kulit yang hitam dan rambut keriting. Saya sudah memenuhi syarat seperti orang Papua, kurangnya hanya di warna kulit saja. Kadang-kadang saya suka membayangkan saya memiliki warna kulit yang sama seperti mereka. Hahahah.. lucu juga pastinya. Beberapa kali saya sudah coba berjemur. Mungkin masih perlu usaha dan waktu. J


Oh iya, Papua juga terdiri dari banyak suku dan bahasa daerah. Mempelajari semuanya tentu tidak akan cukup waktu. Bahkan untuk penduduk yang jarak desanya tidak berjauhan, Bahasa daerahnya bisa berbeda. Misalnya, penduduk di Sentani bagian timur memiliki Bahasa yang berbeda dengan penduduk di Sentani Barat. Begitulah! Selain kekayaan alam, Papua kaya sekali akan budaya.


Selain itu kalau mendengar kata Sentani pasti langsung ingat dengan nama danau terbesar yang ada di sini, yaitu Danau Sentani. Saya tidak bosan-bosan melihatnya dari sudut pandang yang berbeda-beda. Danau ini menyimpan banyak misteri.

Danau Sentani
Akan tetapi, saya tidak berani berenang di danau. Saya lebih memilih di laut saja. Walaupun kelihatan tenang dan damai, danau menyimpan sejuta misteri dan masih menyisakan banyak pertanyaan. Hahahah… nanti bisa tulisan tersendiri untuk membicarakan danau-danau yang sudah pernah saya jumpai. Kalau moda transportasi di sini lumayan banyak. Angkot lumayan banyak dan ojek juga tersedia.

Baiklah, mudah-mudahan semua rencana untuk mendirikan dua perpustakaan anak-anak ini dimudahkan. Bisa bertemu dengan orang-orang baik yang menambah semangat dan inspirasi.

Papua juga akan menjadi rumah saya sampai beberapa bulan kedepan. Papua pun akan selalu menjadi rumah. Rumah yang siap menerima dan menyambut mereka yang mau kembali.

Akhir kata saya mau mengucapkan Helen Foy, yang artinya Terima kasih. Helen Foy ini dipakai oleh penduduk untuk wilayah Sentani Timur, kalau di Sentani Barat beda lagi. :D


Jayapura, 21.3.2017
Monik

Komentar

Postingan Populer