Second Sex: Menjadi Perempuan dan Ajakan Untuk Menjadi Feminis

 

"Apakah perempuan itu?"

"Saya adalah seorang perempuan; kenyataan ini harus menjadi dasar bagi semua pembicaraan selanjutnya."


Selama kurang lebih dua bulan terakhir ini, saya memutuskan untuk menyelesaikan buku 'Second Sex' yang ditulis oleh Simone De Beauvoir ini. 

Sejak membaca halaman pertama, saya sudah tersihir dan the rest is history. :D 

Kenapa saya begitu menyukai buku ini?

Pertama, buku ini ditulis oleh perempuan. Dari sekian banyak cerita yang telah saya baca, kita harus mengakui bahwa industri perbukuan dan kepenulisan masih didominasi oleh laki-laki. Bukan karena perempuan bukan penulis yang baik, tapi perempuan tidak memiliki kesempatan yang banyak seperti yang dimiliki oleh penulis laki-laki. 

Kedua, buku ini bercerita tentang perempuan dan semua aspek kehidupan yang pasti dialami oleh perempuan dalam kehidupannya. Saya harus mengakui bahwa buku ini merupakan buku pertama yang dengannya saya mengakui bahwa isu yang ditulis masih sangat relevan dengan topik yang dibicarakan sampai saat ini, walaupun buku ini diterbitkan sekitar tahun 1949.

Ketiga, karena saya adalah seorang perempuan dan masih bertanya-tanya mengenai keperempuanan saya sampai saat ini. Buku ini juga membantu saya untuk mengenal diri saya sebagai perempuan pada umumnya dan menemukan beberapa jawaban atas fenomena yang sering dialami oleh para perempuan.

Intinya, buku ini adalah sebuah pencerahan bagi saya. Membuka mata saya semakin lebar. Selain itu, buku ini juga membantu saya untuk semakin mengerti perjuangan yang dialami oleh perempuan dalam kehidupan mereka sehari-hari, baik sebagai anak perempuan, remaja perempuan, perempuan muda, istri, ibu, lesbian, dan perempuan tua.

Saya juga belajar untuk memiliki empati kepada semua perempuan yang memiliki tantangan dan perjuangan berbeda dari hari ke hari. Well, we all are sisters!

Akan tetapi, saya juga menyadari bahwa perempuan pun bisa menjadi musuh bagi perempuan lainnya. Perempuan juga bisa menjadi penghalang akan perjuangan yang dilakukan oleh para perempuan Feminis sampai saat ini.

Mungkin sekarang saatnya kita harus mengubah cara berpikir itu. Kita perempuan sebaiknya mendukung perjuangan itu. Perjuangan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan. Laki-laki bukanlah musuh dalam gerakan ini. Laki-laki adalah partner yang akan membuktikan bahwa perlawanan akan ketidakadilan kepada perempuan tetap worth it untuk dilakukan.

Secara sederhana Feminisme bisa diartikan sebagai cara berpikir yang percaya bahwa perempuan bukanlah golongan kedua di bawah laki-laki. Perempuan sama kuatnya dengan laki-laki, dan karenanya perempuan tidak seharunya mendapatkan diskriminasi dalam bentuk apapun. 

Menjadi Feminis adalah jawaban untuk tantangan yang kita hadapi. Salah satunya adalah sama-sama (dengan laki-laki) untuk melawan patriarki yang sudah mengakar di dalam benak dan pikiran kita semua selama puluhan tahun, bahkan seumur hidup kita.

Bagaimana menurut pemikiranmu? Apakah sudah saatnya menjadi seorang Feminis?

Oiya, setelah menyicil baca di pagi hari (saat bisa bangun pagi) dan sebelum tidur, akhirnya saya selesai membaca buku yang tebalnya sampai 600-an halaman ini. Meskipun sudah selesai, saya merasa masih perlu membuka buku ini dalam waktu dekat secara perlahan-lahan sambil menyerap ide dan pengetahuan yang saya dapatkan darinya.


Ende, November 2020

M

Komentar

Postingan Populer