Sambe
Foto 1: Sambe sedang bereksperimen dengan kamera yang saya pinjamkan |
Begitu biasa
anak laki-laki berusia 11 tahun dipanggil, baik di sekolah maupun di rumah. Dia
asli bernama Mahengke Dalekes. Idealnya dia sudah kelas V, tapi karena
keterlambatan kemampuan belajar saat ini dia masih duduk di kelas III.
Pertama kali
kami bertemu dan berkenalan dia sedang sibuk dengan dunianya, yaitu dunia air.
Dia sedang berenang dengan teman-temannya di pantai. Ketika saya panggil, dia masih melirik dan belum menjawab.
Begitulah
seterusnya, hingga suatu hari saya terkejut ketika dia menunggu saya pulang
sekolah. Selama perjalanan pulang dia sibuk bercerita mengenai pohon mangga,
pohon kelapa, pohon kedondong, telur burung, burung, ikan, ular, dan masih
banyak lagi. Saya sampai lupa.
Pernah suatu
kali ketika sedang mencari buah kelapa di sekitar perumahan warga yang berada
di bukit, tidak ada satu anak pun yang bisa memanjat, dan kemudian muncullah
Sambe dengan perawakan sederhana. Dengan sigap dia memanjat pohon kelapa itu.
Kalau tidak salah, sejak saat itu saya merasakan seperti ada sengatan listrik
yang menyambungkan saya dengannya.
Walaupun
kami sudah berteman, terkadang kelakuannya di sekolah yang sering memukul itu
belum bisa dikendalikan. Akhirnya saya mencari cara dengan memberikannya
bermacam-macam kegiatan. Mengangkat air berkali-kali, menyapu halaman sekolah,
dan lain-lainnya. Tetap saja, tenaganya masih tersisa sangat banyak sekali.
Pernah juga
tidak efektif, saya menyerah juga dengan kelakuannya. Dan akibat kenakalannya
yang sampai membahayakan teman-temannya saya memutuskan untuk diam dan tidak
berbicara kepadanya.
Sampai pada
suatu saat Rempil murid kelas VI memukul Sambe tepat di matanya. Saya tidak tega
melihatnya dan tidak bisa melakukan apapun. Tapi, begitulah anak-anak.
Ketika
sedang bermain di dermaga, saya melihat Sambe dan memanggilnya. Tidak juga dia
menyahut. Dari kejauhan dia hanya bisa melirik. Saya tetap menunggunya, dan
akhirnya berhasil mendekatinya. Saya bertanya mengenai matanya, dan dia hanya
menunduk saja. Yah, namanya juga anak-anak. Setidaknya sore itu kami bisa
berbicara. Dan sepertinya dia sudah menganggap saya temannya lagi.
Kami resmi
berteman kembali.
Sambe memang
rajin apabila dimintai tolong. Tapi, mungkin kalau saya yang masuk ke kelasnya,
saya takut tidak bisa maksmimal karena Sambe. Dia malu dan tidak mau
mengerjakan maupun menulis pelajaran. Mungkin memang harus guru lain yang
mengajarnya.
Sambe
tinggal bersama dengan Mama Juliet, adik ibunya. Sambe sudah tidak memiliki
ayah. Ibunya katanya bekerja di Bitung.
Ada satu
sikap yang kemudian saya temukan di dalam diri Sambe belakangan ini. Dia
memiliki jiwa seorang pelindung. Ketika anak-anak melihat dengan gembira (tolong garis bawahi kata gembira)
seekor ular hijau numpang lewat ketika kami menuju sekolah dan sepulang
sekolah, saya memilih untuk menghindar dan menghentikan langkah.
Sejurus
kemudian, Sambe dengan gagahnya memanggil saya untuk segera berlari sembari dia
menahan dan mengawasi ular sialan itu.
Sebenarnya
saya terharu dan senang dengan hal ini. Sambe yang sehari-hari terkenal begal
ini memiliki jiwa seorang pelindung.
Pernah suatu
hari guru kelas III berhalangan hadir ke sekolah. Seharian itu Sambe tidak
pernah berhenti bertanya dan mengajak, kemudian memaksa saya untuk mengajar di
kelas III. Walaupun saya tidak mengerti niatnya apa, tapi saya hanya takut
ketika berada di kelas Sambe tidak akan belajar. Dia akan lebih senang diam dan
hanya memperhatikan saya. Tidak melakukan aktivitas apapun. (Bolehkah saya mengatakan anak ini sakit
jiwa? Hahahah..)
Oh iya ada
lagi, kalau dari jauh atau penyakitnya sedang kambuh, mulutnya bisa seperti
mulut burung beo. Cerita terus. Tapi, kalau sudah saya dekati, jangan harap
satu kata pun akan keluar dari mulutnya. Kalaupun ada yang keluar, harus
menunggu sedikit lebih lama.
Sambe adalah
salah satu anak yang menurut saya istimewa. Selain dia memang kidal.
Hahah... Perlu usaha dan kerja keras untuk mengasah anak-anak seperti Sambe
ini. Kelak dia akan menjadi apa, semoga dia selalu mendapatkan yang terbaik di
dalam hidupnya.
Pulau
Para, 01.11.2013
10.17
WITA
M&M
*momen
yang selalu saya nantikan dan ketika saya temukan membuat saya begitu sumringah
adalah ketika Sambe tersenyum. Hahah..
Komentar
Posting Komentar