Pelangi untuk Serli

Serli
Berkunjung ke Kampung Molotkondo, kecamatan Welak, Kabupaten Manggarai Barat bukan sesuatu yang mudah ketika dilakukan pertama kali. Namun, setelah dilakukan beberapa kali ternyata tetap saja tidak mudah. Kesulitan yang saya hadapi pun berbeda-beda setiap kali berkujnung, akan tetapi tidak menyurutkan semangat saya untuk berjalan terus.


Dari Labuan bajo perlu waktu sekitar dua jam untuk sampai di Konang. Kemudian dari Konang harus berjalan kaki selama satu setengah jam menuju desa Molotkondo. Kondisi jalanan yang rusak parah tidak memungkinkan kendaraan berupa mobil dan motor untuk lewat. Hanya truk saja yang bisa lewat, itupun di waktu tertentu. Misalnya sedang tidak hujan deras. Hujan deras membuat kondisi jalan becek, berlumpur, dan susah untuk dilalui meskipun dengan berjalan kaki.


Melihat kondisi geogafis yang penuh dengan tantangan, saya sempat berpikir bahwa mungkin warga molotkondo pasti lebih senang menghabiskan waktu di rumah daripada bekerja karena medan yang sangat sulit. Akan tetapi semua pemikiran saya runtuh ketika saya bertemu dengan anak-anak di sana.


Senyuman yang ramah, mata yang bersahabat, dan hati yang terbuka membuat kampung Molotkondo bersinar dengan caranya sendiri. Anak-anak dari dua kampung yang berbeda harus menempuh jarak yang lumayan jauh untuk ke sekolah. SDN Golo Lansing berada tepat di tengah-tengah kampung. Sekolah ini lah yang menjadi tempat bagi anak-anak itu akan menemukan mimpinya.


Sejak kunjungan saya bulan September 2015, saya melihat beberapa anak yang begitu pemalu. Kalau tidak dilirik mereka akan berjalan mengikuti, dan ketika dilirik mereka akan dengan sigap mundur bahkan lari sambil tersenyum malu. Saya merasakan sesuatu yang asing di desa ini, sesuatu yang membuat saya pasti akan kembali. Begitu batin saya waktu itu.


Setelah berdiskusi dengan kepala sekolah, akhirnya kami sepakat bahwa perpustakaan Taman Bacaan Pelangi akan dipindahkan ke perpustakaan sekolah. Awalnya kami masih belum bisa memindahkan perpustakaan ini karena perpustakaan sekolah dipakai sebagai ruangan kelas dan kantor guru. Akan tetapi, setelah sekolah memiliki gedung yang baru, kini mereka bisa menikmati perpustakaan dengan leluasa.


Namanya Serli, dia adalah seorang anak perempuan cerdas tapi pemalu. Beberapa kali bertegur sapa dengannya, seringnya senyuman yang saya dapatkan. Tidak jarang dia menghampiri saya, memegang tangan saya, dan menjawab beberapa pertanyaan yang saya ajukan. Serli adalah anak yang cerdas. Beberapa hari lalu saya berpapasan dengannya ketika ke sekolah, dia tidak menggunakan alas kaki. Serli tetap kelihatan bahagia. Serli adalah anak yang berani.


Setelah kurang lebih tiga minggu bekerja keras bersama dengan pihak sekolah, warga, dan relawan, kini SDN Golo Lansing memiliki perpustakaan yang nyaman. Anak-anak bisa masuk kapanpun dan membaca buku kesayangan mereka.


Ada hal baru yang saya temukan belakangan ini yaitu karena mungkin saking senangnya dengan buku cerita yang mereka miliki, anak-anak sampai rebutan dan alhasil ada beberapa buku yang robek dan halamannya terlepas.


Serli sangat senang dengan perpustakaan barunya. Serli bahkan sering berkunjung ke perpustakaan baik pagi maupun sore hari. Kemarin, Serli membawa serta Randi adiknya untuk ikut menikmati buku-buku cerita di perpustakaan. Serli bahkan sudah punya buku cerita kesayangan.

Menyaksikan semangat Serli ketika membolak-balikkan buku cerita membuat saya tidak pernah berhenti memikirkannya. Kadang-kadang saya suka bertanya, hal apalagi ya yang diperlukan oleh Serli dan teman-temannya setelah perpustakaan dan buku cerita ini? Serli membuat saya memiliki energi dan semangat yang menggebu-gebu untuk selalu membuatnya senang ketika berada di perpustakaan.

Serli dan anak-anak lainnya di SDN Golo Lansing membuat perjalanan terjal kami tidak pernah sia-sia. Walaupun lelah selama di perjalanan, akan tetapi ketika sampai di kampung dan melihat senyuman dan tatapan mereka seketika lelah itu hilang. Saya mau melakukannya berkali-kali. Saya akan lalui jalanan terjal berlumpur itu asalkan ada Serli menunggu di ujung jalan.


Dengan adanya perpustakaan Taman Bacaan Pelangi di Molotkondo, semoga bisa memberikan secercah pelangi bagi Serli dan teman-temannya. Pelangi yang akan membawa mereka pada mimpi-mimpi dan sukacita masa kanak-kanak. Kelak ketika mereka dewasa, pelangi itu masih akan bersinar di dalam diri mereka.



Labuan Bajo, Maret 2016

Komentar

Postingan Populer