Surat Kepada (Calon) Ibu Mertuaku (2)
Dear Madam,
Terima kasih untuk balasan suratmu yang pertama itu.
Walaupun sangat singkat mirip telegram, tidak apa-apalah ya! Saya sudah sangat
senang bahwa Madam tidak membuang surat pertama saya yang penuh basa-basi itu.
Hehehe…
Madam, belakangan ini saya sering berdiskusi dengan
perempuan yang melahirkan saya bagaimana rasanya menjadi menantu. Bagaimana rasanya
memiliki ibu mertua. Bagaimana menjadi anak menantu yang baik. Bagaimana
menghadapi ibu mertua yang tidak sesuai dengan ekspektasi. Bagaimana menghadapi
anak menantu yang jauh dari harapan.
Perempuan yang melahirkan saya itu sampai bingung dan hampir
muntah dengan sejuta pertanyaan saya itu. Sampai-sampai dalam tidurnya pun
pertanyaan saya masih bergema. Hahaha… memang susah tidur dia belakangan ini
katanya.
Akan tetapi, saya pun sebenarnya takut menjadi anak mantu. Saya
takut nanti saya akan berubah menjadi monster bagi Madam. Bagaimana kalau saya
nanti berubah mood? Bagaimana nanti
kalau yang saya pentingkan adalah keluarga saya meskipun saya sudah menjadi
bagian dari keluarga Madam? Bagaimana nanti kalau saya jahat kepada anak Madam?
Wahhh… saya takut sekali.
Tolong sampaikan kepada anak laki-laki Madam supaya tidak
usah buru-buru untuk bertemu saya. Tidak apa-apa kok! Suruh dia untuk mengejar
cita-cita dan mimpinya saja dulu. Saya juga tidak ingin menganggu dia dalam
tidurnya yang nyenyak tanpa beban itu.
Madam sudah tahu belum kalau saya sangat suka kepada anak
laki-laki Madam ketika dia tertidur lelap? Hahahhaha… Madam pasti bisa
membayangkan perasaan saya.
Madam, saya masih perlu belajar dan menyerap ilmu dari
perempuan yang melahirkan saya. Masih banyak hal yang rasanya masih perlu kami
diskusikan dan bicarakan bersama-sama. Jadi, tolong sampaikan kepada anak
laki-laki Madam untuk tidak muncul dulu di hadapan saya ya! :)
Tolong beri dia pengertian kalau dia menemukan alasan untuk marah kepada saya. Lucu juga sih kalau dia marah. Tapi, jangan lama-lama.
Di balasan surat saya kali ini saya menyertakan foto
perempuan yang melahirkan saya. Iya saya tahu.. Madam pasti kagum betapa
cantiknya beliau. Hahha… tenang saja. Madam adalah orang ke dua ratus sembilan puluh
tujuh yang mengatakan itu.
Saya berdoa kelak kalian bisa saling bertatap muka dan
berpelukan erat.
Sekian dulu ya Madam! :)
Saya harus segera menyelesaikan utang
membaca buku yang sudah saya beli beberapa bulan lalu.
Sampai jumpa lagi, Madam!
Sorong, 22.9.2017
Monik
Komentar
Posting Komentar