29



Tidak ada lilin untuk ditiup di pergantian usia kali ini. 29. Iya, di akhir bulan ini saya resmi menyandang umur 29. Whaattt??!! Tenang! Saya tidak sedih kok dengan pertambahan usia ini, saya bersyukur kok. Saya bergembira kok.

Sama seperti pergantian usia dalam beberapa tahun belakangan ini yang selalu saya lewatkan dengan anak-anak, kali ini saya merayakan pergantian tahun umur saya dengan adik-adik di Maki, Manggarai Timur, NTT. Acara ini bukan disiapkan jauh-jauh hari, melainkan sangat dadakan. Muncul ide dari adik-adik untuk menghabiskan sore ke pantai Ronting, tidak jauh dari Maki.


Tadinya saya berencana untuk tidak memberitahu siapapun tentang ulang tahun saya. Tapi, tidak tahu kenapa dalam perjalanan menuju Ronting, saya memberitahu adik-adik yang ikut kalau hari ini saya berulang tahun. Iya, begitu saja. :))

Setelah hampir 15 menit berjalan kaki dan belum tiba di tempat tujuan, Arini, salah satu adik yang ikut menanyakan apakah akan ada acara bakar ikan hari ini. Saya bilang kalau tidak ada ikan iya tidak perlu bakar ikan. Setelah menjawab begitu, Arini mengajak saya ke rumahnya yang ketika itu ibunya sedang duduk di beranda rumahnya. Sang mama memberikan ikan!! Bukan satu atau tiga ekor, tapi SATU EMBER!! 

Saya sangat terkejut dengan kemurahan hati si tante ini. Tidak henti-hentinya saya mengungkapkan keterkejutan saya dengan pemberian itu. Kok iya, mau-maunya memberi ikan sebanyak itu. Tidak apa-apa loh kalau hanya beberapa ekor. Atau tidak ada juga tidak apa-apa. Pemberian ini termasuk yang paling masif yang pernah saya alami. :D

Setelah si Tante memberikan ikannya, kami pun melanjutkan perjalanan menuju Ronting. Sementara berjalan ada kendala teknis yang tiba-tiba terpikirkan oleh saya, yaitu bagaimana ceritanya saya akan membakar ikan itu, mengingat saya tidak punya riwayat membakar ikan dengan sukses. Tiba-tiba solusi muncul. Ibu Kalsum, guru SMP Maki yang menghampiri kami bersedia untuk ikut ke pantai dan membantu memanggang ikannya. Yeaayyy!! Senangnya!

Sesampainya di Ronting, salah satu adik bernama Vera juga berinisiatif untuk memberikan satu ikat ikan yang baru ditangkap. Wow! Ikan pun bertambah banyak. 

Akan tetapi, masalah kedua kemudian muncul. Melihat jumlah peserta dalam kegiatan sore ini yang ternyata sangat banyak dan di luar dugaan, saya khawatir apakan ikan yang ada akan cukup untuk dibagi-bagi. Saya menduga ada sekitar 70 anak yang ikut sore itu. Selama Ibu Kalsum membakar ikan bersama beberapa adik, saya bertanya-tanya apakah ikannya akan cukup untuk dibagikan sama rata ke semua adik yang datang sore ini.


Beberapa adik-adik ada yang sedang asyik berenang di laut. Ada juga yang mengobrol dengan teman-temannya. Selebihnya ada yang membantu memanggang ikan. Ada yang jadi juru tiup, juru kipas, dan juru membalikkan ikan. Hahah... Oiya, ada juga yang juru meramu dan mengulek sambal. Saya?? Oh saya, jadi juru foto san juru menyemangati. Hahha...

Saat yang ditunggu-tunggu sudah tiba!
Ikan semua sudah matang dan siap untuk dibagi-bagikan. Yeayy!!
Sebelumnya saya ditemani oleh Isto dan Siti sudah membeli biskuit kalau-kalau ada yang tidak kebagian ikan.

Untuk mengurangi risiko agak kacau, saya dan Ibu Kalsum setuju untuk membagi anak-anak dalam kelompok, dan membagikan ikan sesuai dengan kelompok yang sudah ada. Sambil menimbang-nimbang dalam hati apakah ikan akan cukup, saya tetap membagikan ikan dan biskuit dalam waktu yang bersamaan. Ibu Kalsum membagi ikan dan biskuit untuk kelompok perempuan, sedangkan saya membagikannya untuk kelompok laki-laki.

Setelah semua anak sudah mendapatkan ikannya, ternyata ikannya ada yang lebih!! Wow!! Anak-anak mengaku sudah puas makan ikan dan biskuitnya. Kekhawatiran saya akan ikan dan biskuit yang kurang ternyata berujung pada kenyataan bahwa ikan dan biskuitnya lebih! Iya lebih. :))


Dulu saya pernah mendengar cerita tentang Yesus dan murid-muridnya yang membagi-bagikan dua ikan dan lima roti kepada hampir 5000 orang. Cerita itu berakhir dengan sisa roti dan ikan sebanyak 12 bakul. Sepertinya yang saya alami di Ronting, hampir sama dengan yang dialami oleh Yesus dan murid-muridnya itu. Ikan dan biskuit pula yang saya bagi. 

Sungguh hari yang baik. Hari yang pantas untuk disimpan baik-baik di dalam hati. Cerita pertambahan usia yang menambah koleksi kenangan yang baik. Saya berterima kasih untuk Arini dan keluarganya, Vera, Ibu Kalsum, dan adik-adik di Maki yang memberikan hatinya untuk bersama-sama menikmati ikan, biskuit, pantai, dan matahari sore itu. Kalian akan selalu ada di dalam hati saya. Semoga bisa berjumpa lagi kelak ya! 

Selain cerita yang sangat berkesan di atas, saya juga sangat terkesan dengan "The Stranger" -nya Albert Camus dan "1984"-nya George Orwell. Untuk beberapa waktu belakangan ini saya merasa sudah menemukan buku dan penulis yang bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan penting saya yang selama ini masih mengambang.

Di pertambahan usia kali ini saya masih belajar untuk menjadi jujur dan menerima diri yang ada saat ini. Saya sedang belajar untuk fokus dengan apa yang ada saat ini di hadapan saya. Bakat Introvert yang ada di dalam diri ini pun mulai saya terima dan kembangkan. Hahahha... Sembari saya pun menunggu untuk hal-hal baru yang akan datang di hari esok. 

Selamat ulang tahun, Monik!


Manggarai Timur, 31.10.2018
Monik


















































Komentar

Postingan Populer