Orang Tua



Sedikit agak terlambat untuk berbagi cerita tentang pengalaman saya beberapa waktu lalu. Aneh tapi masih menempel baik di dalam memori saya.

Jadi, ceritanya begini.
Dalam perjalanan udara dari Kupang menuju Jakarta, saya berkenalan dengan seseorang yang mungkin kelak kami akan berteman. Perjalanan menuju Jakarta masih terasa lama. Tiga jam waktu yang dibutuhkan dari Kupang. Biasanya saya akan membaca buku saja, kebetulan masih ada utang buku bacaan di bulan ini. Setelah menemukan tempat duduk, ternyata saya duduk bersebelahan dengan bapak yang sudah berumur. Saya hanya memperhatikan sekilas uban yang ada di kepalanya.

Setelah beberapa waktu membaca buku, saya mencoba istirahat sejenak karena mata saya sudah kelelahan. Buku yang saya baca lumayan menguras konsentrasi pikiran dan mata juga karena tulisannya tidak terlalu besar dan spasi antar kata lumayan sedikit. Hampir mata saya jereng dibuatnya. Tapi tidak apa-apalah ya. :)

Makanan pun dibagikan oleh pramugari. Lumayan untuk menambah tenaga.
Setelah makan, bapak di sebelah saya pun memulai obrolan. Salah satu komentar beliau adalah "Saya pikir adek yang akan ajak mengobrol duluan"

Saya hanya bisa tertawa. Belum tahu saja si Bapak kalau saya sangat jarang mengajak orang lain atau yang baru dikenal untuk mengobrol. Bukan karena tidak mau, tapi tidak bisa. Saya gampang canggung dengan orang baru kenal.

Ternyata yang tadi baru kalimat pembuka saja. Setelah makan malam, obrolan berlanjut terus sampai pesawat tiba di Jakarta. Busyett!!

Beliau mengakui kalau motivasi beliau mengajak saya mengobrol karena memperhatikan saya membaca buku. "Sudah jarang saya menemukan anak muda yang pegang buku dan benar-benar membaca." Kata beliau. Wahh.. sedikit tersanjung saya ini. Soalnya tidak tahu mau buat apa juga di tiga jam perjalanan. Hahahah...

Saat ini beliau aktif sebagai seorang Profesor di salah satu universitas di Salatiga dan menjadi staff khusus gubernur NTT. Beliau yang asli Kab. Kupang bercerita kalau sehari-hari beliau menjalankan tugas sebagai dosen di kampus dan mendampingi gubernur di Kupang.

Perbincangan pun lanjut dan berlanjut. Kami pun bertukar nomer henpon. Beliau berharap masih akan berjumpa dengan saya kelak untuk berbincang mengenai program Taman Bacaan Pelangi. Yeayy!!

Mendengarkan cerita beliau membuat saya tiba-tiba berpikir "Anak muda masih memerlukan orang tua". Bukan orang tua kandung saja, tapi orang yang sudah tua alias berumur. Hahaha...

Kenapa?
Karena saya percaya bahwa banyak pengetahuan yang bisa kita dengarkan dan serap dari mereka. Pengalaman yang bisa kita gunakan untuk menghadapi zaman seperti sekarang ini. Mereka sudah punya banyak pengalaman dalam melewati tantangan hidup yang berbeda-beda setiap zaman, jadi pasti beberapa pengalaman mereka masih akan relevan dengan tantangan hidup anak muda sekarang. Setuju kan?

Apa yang bisa kita lakukan sebagai anak muda?
Yang bisa kita lakukan adalah dengar-dengaran.

Seperti pengalaman saya berbincang dengan Bapak Daniel yang secara tidak sengaja ini, saya sudah mendapatkan beberapa ilham untuk keputusan-keputusan saya yang sederhana, misalnya dengan tetap membaca buku. Saya semakin dimantapkan lagi dengan cerita beliau yang sejak kecil sudah suka membaca tetapi tidak punya akses terhadap buku. Kerja keras dan pantang menyerah. Beliau bercerita saat kelas 2 SD beliau selesai membaca Alkitab karena tidak ada lagi buku yang bisa dibawa. WOW!!

Saya dan beliau sama-sama percaya bahwa membaca itu sangat banyak keuntungannya. Beliau juga bercerita bagaimana beliau sebagai dosen bisa menilai tulisan mahasiswanya hanya dari kalimat pertama. Mana mahasiswa yang benar-benar membaca dan mana yang tidak.

Saya jadi ingat beberapa orang tua yang sempat saya temui di berbagai kesempatan. Iyaa... mendengarkan cerita mereka memang pengalaman yang berharga. Jangan sampai dilewatkan. Sempat juga saya curhat kepada beliau. Sungguh perbincangan yang memperkaya wawasan. 

Sampai jumpa lagi, Pak!


Ende, 21 Juli 2019
M


Komentar

Postingan Populer