30


Akhirnya datang juga masa itu, yang anehnya sudah saya tunggu-tunggu dengan kesadaran yang lucu saat usia masih 29. "Akan seperti apa ya saya di usia 30?" Kira-kira pertanyaannya begitu. Menurut saya, bisa saja hanya saya yang memikirkannya, angka 30 agak sedikit ajaib. 

Di umur tiga puluh, tidak sedikit orang yang mengalami fase hidup yang bisa dikatakan sebagai 'puncak'? Saya masih belum menemukan kata yang tepat. Nanti akan saya ganti kalau sudah ada masukan baru. Heheh..

Kini pecah juga telur yang sudah dinanti-nanti itu. Hoorraaayyyy!!!

Kali ini tidak ada keramaian seperti yang sudah-sudah. Sendiri. Menyepi.
Sudah menua rupanya, dan tidak apa-apa. :)

Ada yang bilang umur tiga puluh membawa cerita yang berbeda. Tidak seperti dulu ketika umur 25. Ketika umur 20-an, banyak alasan untuk menjadi egois dan bodoh. Pikiran yang masih terbatas karena jarak pandang yang belum melebar. 

Saya ingat masa-masa umur 20-an ini saya berusaha setengah mati untuk mencari dan mendefinisikan tujuan hidup saya. Dan sekarang saya sudah menemukannya. Albert Camus membantu saya menemukan tujuan hidup itu, yang selama ini mungkin sudah berada di dalam sudut pikiran. Hanya menunggu waktu untuk muncul ke permukaan dan kemudian dikenali.

30
Saya masih mencoba mencerna angka ini dan menyerapnya ke dalam tubuh sampai ke dalam sel-sel. Ada rasa tidak percaya juga sih. Ada rasa senang juga. Campur aduk. Saya tidak bersedih dengan menjadi kepala tiga. Saya tidak insecure. Kalau merasa tua sih, iya! Hahah... Saya menertawakan sekaligus menerima penuaan ini. :)

Oiya, pergantian umur ini saya rayakan di Jogja. Tempat saya menempa dan ditempa selama empat tahun ketika saya berumur 20-an. Bagaimana saya saat ini, khususnya dalam hal berpikir tidak lepas dari pengalaman hidup yang saya lalui. Walaupun Jogja sudah turut berubah, tapi selalu ada rasa yang tetap tinggal. Rasa yang sama yang saya rasakan hampir sepuluh tahun yang lalu. Busyettt!! Sudah satu dekade rupanya.

Mungkin rasa seperti yang saya alami ini, rasa yang tidak asing dan menentramkan juga bisa dialami oleh siapapun kepada orang atau tempat yang bersama mereka kita melalui cerita yang penting dalam perjalanan hidup. (*kenapa jadi semacam kotbah ya?)


Di pergantian umur kali ini, saya juga diingatkan untuk menerima diri. Menerima kesendirian. Menerima kesepian. Menerima kegundahan yang disebabkan oleh topik pembicaraan yang tidak menyenangkan. Menerima diri yang berbakat menjadi seorang hopeless romantic

Menerima diri yang tidak bisa menerima segala sesuatu yang tidak masuk akal. Menerima diri yang mungkin sebenarnya bisa melakukan sesuatu yang lebih baik. Menerima diri yang lebih tergoda untuk grasak-grusuk. Menerima diri yang mengikuti kata hati, walaupun agak sulit untuk membedakannya.

Mungkin kata kunci kali ini adalah menerima. 
Menerima tiga puluh yang sepaket dengan pengalaman dan cerita yang mengikutinya. 

Selamat 30, Monik!
Selamat Menerima!


Jogja,  Oktober 2019
M

Komentar

Postingan Populer