(Bukan) Seni Tidak Melakukan Apa-apa


Belakangan ini saya menyadari arti rumah bagi diri saya sendiri. Sudah hampir empat bulan ini saya tidak bekerja. Bekerja di bidang yang saya inginkan. Jujur saja, semakin ke sini, saya justru semakin tidak tahu apa yang saya ingin kerjakan. Semakin kabur. Semakin abu-abu.

Salah satu makna rumah yang saya rasakan belakangan ini adalah rumah menjadi motivasi saya untuk tidak melakukan apapun. Di saat yang sama sebenarnya rumah juga menjadi motivasi saya untuk melakukan sesuatu. Namun, kini rumah menjadi paradoks. 

Gambaran umum aktivitas saya dalam sehari adalah bungun tidur (bisa page, bisa juga kesiangan), sarapan yang kadang dirapel menjadi makan siang, bersih-bersih rumah, merawat tanaman (kalau lagi mood), bercengkrama dengan kucing, nonton netflix, membaca buku, mendengarkan podcast, merawat kulit, jajan sore atau tea/coffee time, mandi, tidur lagi. 

Loh... Setelah dirangkum begini, kenapa kelihatannya justru banyak kegiatan ya? :D

Sibuk juga hari-hari saya. Bedanya, kesibukan yang ini tidak menambah pemasukan alias gaji setiap bulannya. :D

Nah, walaupun demikian adanya kegiatan harian saya, kadang saya merasa tidak produktif. Tidak melakukan sesuatu apapun. Padahal ya padat juga tuh kegiatan. Kenapa bisa begitu ya?

Setelah saya renungkan kembali, hal ini diakibatkan oleh makna kata produktif yang tertanam di dalam benak saya selama ini. Ketika mendengarkan kata produktif, seringnya saya mengasosiasikannya dengan menghasilkan sesuatu secara terus-menerus atau dalam jumlah besar.

"Kamu gak produktif banget sih!"

Sudah sering kita mendengar kalimat itu dan jujur saja kalimat ini bukan kalimat yang enak didengarkan. Emang kenapa sih kita harus produktif? Kenapa kita seolah-olah harus (selalu) menghasilkan sesuatu?

Berikut beberapa alasan yang terpikirkan oleh saya:

1. Menghasilkan sesuatu merupakan hakikat kita sebagai manusia. Well, untuk kebaikan sendiri dan masyarakat. Misalnya, menghasilkan uang untuk bertahan hidup.

2. Menghasilkan sesuatu juga menjadi salah satu pemenuhan kebutuhan diri, misalnya sebagai aktualisasi diri.

3. Menghasilkan sesuatu menjadi semacam tuntutan akan esksistensi hidup. Menghasilkan sesuatu membuat hidup menjadi lebih bermakna.


Hanya itu yang bisa saya pikirkan. Akan tetapi, anehnya saya malah semakin tidak termotivasi untuk melakukan apapun, apalagi untuk menjadi produktif. Apakah saya perlu pertolongan?


April 2020

M

Komentar

Postingan Populer