Saya dan Cerita tentang Kucing (1)

 


Setelah sekian lama berhenti menulis, akhirnya saya bisa menulis lagi. Pelan-pelan saja, Mon! Saya pun berpikir keras mengenai topik yang akan saya tulis. Sebenarnya, saya sudah memikirkan untuk menulis mengenai kucing-kucing yang memenuhi hari-hari saya selama hampir empat bulan belakangan ini. Here we go! :))

Sejak dulu saya sudah terlanjur percaya bahwa saya adalah seorang dog person, atau dengan kata lain, saya adalah orang yang dekat dengan anjing. Penyuka anjing. Saya besar dengan seekor anjing dan pengalaman berama anjing ini merupakan salah satu pengalaman terbaik saya seumur hidup. Nanti akan saya ceritakan ya! Di tulisan yang berbeda.

Sudah sejak lama, Pupi, seekor kucing liar datang dan berkeliaran di rumah. Cepat saja dia menganggap rumah menjadi persinggahannya dan tentunya tempat berlindung dan makan. Saya dengan senang hati memberinya makan dari hari ke hari.

Januari lalu, Pupi melahirkan tiga ekor anak kucing dengan selamat dan sehat. Menurut pengakuan adik saya, lahiran ini adalah proses lahiran kedua yang pernah terjadi di rumah. Di lahiran pertama, Pupi juga melahirkan tiga ekor anak kucing. Tapi, sayangnya hanya satu ekor yang bertahan hingga dewasa. 

Nah, di lahiran kedua ini, Pupi melahirkan tiga ekor juga loh! Ketiganya berhasil hidup hingga saat ini. Kemudian saya percaya bahwa, dengan persiapan lahiran yang baik, ketiga anak Pupi bisa selamat. Saya menyediakan kardus untuk tempatnya melahirkan dan menyediakan kardus hangat yang berbeda sebagai tempatnya menyusui dan tidur.


Di bulan pertama, saya sibuk menebak-nebak tentang bapak dari anak-anak kucing ini. Suspek pertama saya adalah Garfild, si kucing oranye yang sering muncul untuk sekadar menengok anak-anak ini. Tapi, pada saat itu, Pupi masih galak. Pupi lebih sering memarahi dan mengusirnya. Saya jadi berpikir, bisa saja bukan Garfild bapaknya. Atau bisa juga si Garfild adalah bapaknya, tapi si Pupi lagi malas saja melihat wajahnya. Maklum, habis lahiran hormon lagi berantakan. 

Jadilah saya yang memberi nama ketiga anak si Pupi ini. Karedok, Kimchi, dan Kumis. Saya menduga, Pupi santai-santai saja dengan nama yang saya sematkan kepala anak-anaknya. Buktinya Pupi tidak protes ketika saya memanggil anak-anaknya di hadapannya. Sesekali, saya bahkan mencium mereka di depan mata si Pupi.

Sejak kehadiran ketiga anak si Pupi ini, saya merasa bahwa saya telah berubah menjadi seorang Cat Lady alias Perempuan Kucing. Belum jadi Cat Woman loh! :D

Kehadiran mereka telah memberikan warna baru dan juga perubahan yang lumayan signifikan di dalam diri saya. Saya belum bisa merangkum perubahan-perubahan yang terjadi itu. Satu hal yang pasti adalah saya membutuhkan kehadiran mereka. Walaupun, di satu sisi mereka juga membutuhkan makanan dan tempat tinggal (yang saya bisa sediakan),  tapi saya juga merasakan bahwa saya membutuhkan mereka. 


***

Komentar

Postingan Populer