Lika-liku Emosi Merawat Kucing Terluka

Cokelat adalah kucing lingkungan kantor yang kebetulan sering berkunjung ke kantor baru saya di Balikpapan, Kalimantan Timur. Saya tidak pernah menyangka pertemuan perdana kami akan membawa saya ke alur keseharian yang rasanya campur aduk. :D

Di hari ketiga berkantor, Cokelat datang dengan luka leher bagian belakang yang sudah menganga. Entah sudah berapa lama dia bertahan pengan kondisi seperti ini. 

Beberapa orang di kantor menunjukkan keprihatinan dan mengajak saya untuk menginisiasi tentang pertolongan pertama yang akan kita berikan untuknya.

Saya bersama salah satu rekan kantor pun membawa Cokelat menuju klinik hewan yang ada di depan tempat tinggal saya. Klinik ini merupakan klinik hewan paling lengkap yang pernah saya lihat. Bisa menemukan klinik hewan terbaik di lokasi baru ini merupakan salah satu penghiburan yang saya dapatkan. Kalau sudah jadi mommy-nya kucing sih gini ya rasanya? :D

Cokelat pun diberikan pertolongan pertama dan kami putuskan untuk diinapkan sambil melihat kemajuan pengobatan lukanya ini.

Setelah lima hari dirawat inap, saya pun membawa Cokelat ke kos. Keputusan ini saya ambil Karena tidak ada rekan di kantor yang bersedia atau mau/mampu membawa Cokelat ke tempat tinggal mereka untuk dirawat sampai sembuh. Saya sebenarnya bertanya-tanya bagiamana nasib Cokelat kalau saya tidak ada? :(

Bukan apa, di kosan saya sudah punya dua anabuls yang kebetulan jantan semuanya. Membawa Cokelat ke kosan sebenarnya bukan opsi pertama yang saya pilih. Akan tetapi, membayangkan nasibnya kalau dirawat/dikandangi di kantor mau tidak mau membuat saya mengambil pilihan untuk merawatnya di kamar bersama Mika dan Coco. Nanti akan ada sesi sendiri nutuk cerita mereka berdua. :D

Sudah hampir seminggu Cokelat saya rawat di kosan. Cokelat juga sudah mulai menemukan vibes bersama Mika dan Coco, meskipun Mika masih hissing padanya.

Saya masih harus membawa Cokelat untuk ganti perban setiap tiga hari sekali. Hari ini adalah jadwal Cokelat untuk ganti perban. Setelah ditangani oleh dokter hewan tadi, Cokelat ternyata mengalami sariawan dan penurunan berat badan. :((

Berita baiknya adalah lukanya semakin mengecil. Jadi, mulai hari ini Cokelat harus minum antibiotik dan saya harus menyemprotkan obat sariawan ke mulutnya. Sariawan menjadi penyebab Cokelat kurang makan dan minum selama beberapa hari belakangan. Saya tadinya berpikir dia hanya kurang nafsu makan biasa. Kata dokternya tadı, sariawan ini masih bisa sembuh. Belum sariawan yang menuju ke gejala virus FIV (Feline Immunodeficiency Virus) dan FeLV (Feline Leukimia Virus).

Saya sempat sedih membayangkan Cokelat akan kesakitan dan kena virus. Kalau sudah kena virus, nyawa kucing bisa jadi taruhan. :((

Setelah membawa Cokelat ke klinik, beberapa pertanyaan muncul di dalam benak saya. Salah satunya adalah apakah saya kewalahan dengan menampung Cokelat ini? 

Jujur saja, saya trauma dengan pengalaman merawat kuling sakit yang berakhir kematian pada kucing yang saya rawat. Dan saya tidak mau mengalami itu kembali di sini. Saya tidak mau Cokelat menjadi bagian dari trauma saya berikutnya.

Di sisi lain sebenarnya saya juga menyayangkan dengan teman-teman lain yang sudah lebih lama berinteraksi dengan Cokelat ini seolah memberikan tanggung-jawab merawat Cokelat ini kepada saya. Hanya karena saya punya dua anabuls yang saya bela-belain ikut pindah ke sini, bukan berarti saya selalu siap untuk merawat kucing yang sakit dan terluka. Tidak ada teman lain yang menawarkan diri untuk merawat Cokelat.

Tentang tagihan kliniknya, untuk pengobatan pertema semua rekan kantor bersedia patungan untuk membayar. Saya memang yang mengusulkan supaya teman-teman ikut patungan karena bagaimanapun Cokelat bukan hanya tanggung-jawab saya saja. Akan tetapi, perawatan Cokelat tidak berhenti sampai di situ saja. Beberapa orang sudah bersedia patungan sampai Cokelat sembuh. Tapi, kok saya tidak terlalu senang dengan berita ini ya? 

Membayari sendirian untuk tagihannya di sela-sela merawatnya juga kurang bijaksana untuk keadaan kantong saya belakangan ini. Apakah saya sedang kewalahan sendiri? 

Nah, mungkin beginilah lika-liku perasaan saat merawat kucing yang terluka/sakit. Apakah saya akan tetap mengambil keputusan yang sama seandainya orang di kantor tidak ada yang peduli dengan Cokelat? Atau Apakah rasa kewalahan ini muncul karena perhatian yang saya berikan kepala Cokelat lebih besar dibandingkan dengan teman-teman lain yang sudah mengenalnya lebih lama? Atau Apakah kewalahan ini karena Cokelat sudah terlalu lama saya rawat?

Semoga saya bisa berdamai dengan kewalahan ini. Saya juga pengen banget Cokelat sembuh seperti sedia kala dan menjadi ketua genk di komplek. 

Oiya, rasa kewalahan ini tidak ada kaitannya dengan rasa sayang yang berkurang kepala Cokelat. Saya tetap ingin mengawalnya sampai sehat. Sembari dikuatkan oleh Mika dan Coco. Dua hari lalu Cokelat harus disuntik bius supaya bisa dimandikan. :D

Cepat sembuh ya Bang Cokelat! <3 



Komentar

Postingan Populer