Cantik

Beberapa waktu lalu saya tersipu malu dan saya agak yakin kalau berkaca pada saat itu, wajah saya pasti memerah. Merah merona. Jarang-jarang saya mengalami hal seperti ini. Sekalinya pernah, ehh.. salah tingkah. Malu. Tapi juga senang.
Ahh.. jadi malu? :) 



Waktu berkunjung ke SDN Nijang, Sumbawa Besar, seperti biasa saya bermain dan bercengkrama dengan anak-anak. Mereka sudah seperti teman walaupun baru beberapa kali bertemu.

Setiap kali datang ada saja yang datang hampir memeluk (maklum, masih baru), dan seringnya minta salim. Saya masih canggung kalau anak-anak minta salim. Kesannya gimana gitu.
Bersama Adik-adik di SDN Sering, Sumbawa



Di tengah kerumunan itu tiba-tiba seorang anak perempuan berkerudung merah datang lebih dekat dan mengatakan sesuatu yang tidak pernah saya duga.
“Kak, Kaka cantik sekali ya!”


Di depan anak-anak lainnya, si adik kecil itu mengutarakan kesannya. Saya sempat membeku selama beberapa detik. Saya tersipu malu. Malu-malu. Kemudian saya mengucapkan terima kasih dengan senyum terbaik. Setelahnya hidup kami berjalan normal kembali.


Sampai sekarang saya masih mengingat detail-detail kejadian itu. Saya masih suka tersenyum sendiri. Saya suka berdiri di depan kaca sambil sesekali mengobrol dengan diri saya sendiri. Saya juga mengajukan pertanyaan yang sekiranya bisa dijawab oleh bayangan saya di dalam kaca itu. Loh?


Kemudian saya mengingat-ingat kejadian di masa lalu yang mungkin ada kaitannya dengan kejadian siang itu. Pertama kali menginjakkan kaki di Sumbawa, saya memang menyadari bahwa mereka di sini cantik dan tampan. Anak-anaknya. Kebetulan karena yang saya sering temui adalah anak-anak.


Anehnya cantik yang saya rasakan dan lihat ini bukan cantik yang kelihatan saja. Anak-anak perempuan bukannya memakai bedak, lipstik, eyeliner, atau menyulam alis mereka. Bukan karena mereka kurus juga. Anak laki-laki bukannya berotot atau six pack. Apa ya? Kenapa ya?


Saya pun tidak sungkan-sungkan untuk memberikan pujian kepada mereka. Saya katakan mereka cantik. Saya katakan mereka tampan. Hampir setiap hari saya melakukannya. Tentunya dari dalam hati sejauh yang saya ketahui.


Lucunya, saya bisa merasakan bahwa kesan yang disampaikan oleh si adik kecil itu bisa sampai menyentuh hati saya. Makanya saya jadi salah tingkah dan tersipu malu. Ada kejujuran di dalam kata-katanya. Iya, saya bisa merasakannya.


Saya tidak percaya bahwa mereka akan mengatakan saya cantik. Kalau misalnya cantik diukur dengan kulit putih, bibir merah delima, rambut lurus dan panjang, kurus, langsing, perut rata, kaki jenjang, atau lain-lain dan masih banyak lainnya. Begitulah teori yang banyak ditanam di dalam pikiran orang kebanyakan.

Saya malah kebalikan dari itu semua. Hahaha…
Tapi, saya bisa jadi cantik juga ya?
Mungkin si adik kecil itu tidak tahu betapa kata-katanya itu sangat berarti bagi saya.


Saya semakin percaya bahwa cantik itu bukan hanya yang bisa dilihat oleh mata, tapi yang juga bisa dirasakan oleh jiwa.
Cantik yang tidak dibuat-buat. Cantik yang polos. Cantik yang apa-adanya.


Dari pengalaman ini saya juga belajar untuk memberikan pujian atau kata-kata baik kepada diri saya sendiri. Seorang teman pernah menyampaikan kepada saya bahwa kita juga sering menyakiti lewat kata-kata yang keluar dari mulut sendiri.


Kalau kita saja ternyata suka dan sering menyakiti diri sendiri tanpa sadar, maka tidak heran kita juga bisa tersakiti karena orang lain maupun unsur di luar diri kita sendiri.

Senang ya? :)


Mungkin kalau kita bisa memberikan waktu untuk menghargai dan menyayangi diri kita sendiri, maka kita pun bisa lebih menghargai orang lain, termasuk memberikan kata-kata positif yang menyenangkan hati.

Mungkin ketika kita sudah bisa menerima dan mengiyakan ‘kecantikan’ yang ada di dalam diri kita, akan jadi lebih mudah untuk melihat ‘kecantikan’ di dalam diri orang lain.


Sekarang saya semakin suka mengatakan kata cantik kepada teman-teman cilik saya di Sumbawa, walaupun anak laki-laki suka protes karena mereka juga ingin dikatakan tampan. Kadang saya suka keceplosan bilang mereka cantik juga. Hahaha…. Biasanya mereka tertawa lebih kencang kalau sudah begitu.


Pondok Daun, 21.10.2016

Setelah Hujan Lebat. Dingin gimana gitu. :D

Komentar

Postingan Populer