3 Tahun Kemudian


Setelah menjalankan tugas mengajar di SDN Inpres Para tiga tahun lalu, saya belum sempat untuk datang berkunjung lagi. Akan tetapi, sejak meninggalkan Sangir, saya masih berkontak dengan beberapa orang tua murid bahkan murid-murid saya yang pastinya meminjam henpon orang tua mereka.

Saya sangat yakin bahwa banyak hal yang telah berubah di dalam diri anak-anak saya ini. Ah.. mau bilang apa lagi, saya pun berubah. Perubahan yang paling signifikan yang saya rasakan di dalam diri mereka adalah ada sebuah sinar yang melekat dan terus berkembang di dalam diri mereka, yaitu keberanian. Sungguh, kalau kalian melihat mata mereka, tiba-tiba banyak hal yang harus dibicarakan. J

the squad alias grup Kelapa Muda!

Di sisi lain saya juga merasakan bahwa Kampung Para jadi terlihat sempit. Mungkin ini terjadi karena saya sudah lama berada di daerah yang luas dan besar. Hhihihi… Selama beberapa hari di pulau, saya yakin bahwa saya pun akan terbiasa dengan keadaan ini, dan tidak merasakan kampung ini sempit lagi.

Kampung Para Lelle

Mereka, anak-anak ini secara fisik pun telah berbeda dibandingkan dengan tiga tahun yang lalu. Hampir semuanya bertambah tinggi. Yang perempuan bertambah cantik dan yang laki-laki bertambah ganteng. Glaudio misalnya. Murid saya dulu di kelas V ini sudah tumbuh menjadi remaja yang lebih tinggi dari saya dan lebih berkarakter. Saya sudah yakin dari dulu kalau anak ini memiliki sesuatu yang unik di dalam dirinya.

Oh iya, saya tidak sempat berfoto dengannya karena dia sudah lebih sering bermain dengan teman seumurannya dan sudah ‘too old’ untuk hang out dengan mantan ibu gurunya. “Begini ya rasanya melepaskan anak yang dulu kita bimbing menuju dunia mereka sendiri.” 

Sebenarnya saya agak sedih karena saya dan Glaudio hanya bertemu di jalan, melepaskan tawa, dan sesekali berbincang singkat. Ahh.. dia kini sudah dewasa. Anak itu, eh pemuda itu! :)

Sebagai mantan ibu gurunya, saya sangat senang dan rela untuk melepaskan dia menuju dunianya sendiri yang begitu menyenangkan. “Begini ya rasanya jadi (mantan) guru!” Saya juga dengar kalau dia akan tetap bersekolah dan mengejar cita-citanya untuk menjadi polisi, cita-citanya sedari kecil. Sungguh saya begitu ikhlas mendoakan Glaudio untuk bisa meraih cita-citanya! (Aminn!!)

Selama enam hari saya menghabiskan waktu bersama anak-anak dan orang-orang di Pulau Para. Rempil, Martin, Anses, Rohit, Anjas, Depit, Fegio, Suci, Blasius, Andre, Lina menjadi tim pendukung saya selama berada di pulau. Ada yang full time, ada juga yang di kala mereka ada waktu sebab mereka pun punya tugas dan tanggung jawab di rumah untuk membantu orang tua mereka.

Siap-siap makang ikang tongka! :)

Sehari setelah saya di Para, kami sudah menyusun agenda kegiatan selama empat hari berturut-turut. Hari pertama, kami ke Dua Sawang. Butuh sekitar satu jam berjalan kaki (sambil berhenti sejenak dan mengobrol, sekalian tarik napas dulu) untuk sampai ke Dua Sawang ini.

“Ibu ko lambat sekali?” (tanpa merasa bersalah)
“Iyoo.. ibu kang so tua!” (menerima nasib)
“Umur ibu berapa?” (semakin tidak merasa bersalah)
“Jalan 28, Nak!” (dengan senyuman terbaik)
“Anohh.. Belum tua itu, Ibu! Masih muda!” (senyum penuh misteri)

Penuh misteri kan?? Hihih..
Banyak yang kami bincangkan selama di perjalanan. Sebenarnya mengobrol sambil mendaki dan menuruni jalanan itu membuat saya lebih cepat ngos-ngosan. Tapi saya tidak menyerah, karena ada hadiah yang menunggu saya di ujung perjalanan ini. Hahha… yaitu Puringka alias KELAPA MUDA!

Wajah itu setiap kali bertemu kelapa muda!
 
Saya tidak bisa hitung lagi berapa banyak kelapa muda yang sudah saya minum selama berada di Para. Lucunya ya, anak-anak ini mereka selalu mementingkan kelapa muda untuk saya ketika mereka sudah memanjat pohonnya. Bahkan mereka tidak sungkan-sungkan memberikan saya dua buah sekaligus.

Hari kedua dan ketiga kami menghabiskan waktu di Limanandu. Pantai yang berada di belakang kampung dan lebih dekat bila dibandingkan dengan Dua Sawang. Pantai-pantai yang indah ini sungguh hanya milik kami. 

Limanandu

Sudah habis gaya kami untuk menikmati berjam-jam di pantai. Mulai dari berenang, mencari ikan, berenang lagi, bakar ikan, makan ikan, minum kelapa muda, berenang lagi, tidur di bawah pohon kelapa, berenang lagi, sampai-sampai tidur di air laut. Begitulah siklusnya hampir tiga hari kami melakukannya.

Mau bakar ikan hasil tangkapan anak-anak!

Depit dengan gurita hasil buruannya! 

Oh iya ada lagi. Meskipun kami baru puas berenang dan bahkan sampai tidur di air laut, bukan berarti kami tidak boleh berenang lagi. Jadi, sepulangnya dari pantai itu kami akan menuju dermaga dan melompat dan berenang lagi di sana. Mudah-mudahan air laut Para tidak bosan melihat kelakuan kami.

Berenang terusss..!!

Terkadang sekitar pukul 4 sore kami sudah berada di dermaga. Berenang sambil menunggu air pasang. Kami menghabiskan waktu dengan melompat dari dermaga, berenang lagi, melompat lagi, dan menikmati adegan matahari terbenam (sunset)

Siap-siap lompat!

Hampir setiap hari selama saya ada di pulau, saya tidak pernah melewatkan waktu sunset ini. Sungguh indah sekali! Tidak ada kata-kata yang bisa mewakili perasaan saya sih sebenarnya. J

Sunset di Pulau Para!

Di hari terakhir saya di Para, bersama dengan tim squad ini kami berjalan kaki menuju sekolah. Tempat saya dulu mengajar dan menjadi teman mereka. Perjalanan pulang-pergi sekitar 4 km ini sungguh sangat saya rindukan. 

Jalan ke sekolah

Jadi dulu, saya dan anak-anak punya kebiasaan kalau sedang berjalan pulang dari sekolah, yaitu makan buah kedondong dan minum kelapa muda. J

Wajah itu setelah minum kelapa muda! :)

Saya hampir menobatkan diri saya sebagai Ratu Kelapa Muda! Dan saya yakin anak-anak murid saya akan dengan senang hati menahbiskan saya dengan gelar baru itu. J 

Dalam bayangan saya istana saya nantinya akan dipenuhi dengan air kelapa muda, mulai dari air mandi dan air laut semuanya rasa air kelapa muda. That’s heaven!!! J jadi berenang sambil minum air (kelapa muda) bisa benar-benar menjadi kenyataan!

Setelah pulang dari sekolah, seperti yang sudah saya janjikan kepada mereka, kami menonton dua film siang itu. Kebetulan saya menyimpan film Moana dan The Good Dinosaur, dan jadilah kami menontonya bersama-sama. 

Saya sudah mengisi baterai laptop sejak saya datang, untungnya baterai laptop saya cukup dan masih sempat kami menonton video mengenai pekerjaan saya maupun foto-foto yang sudah kami kumpulkan selama beberapa hari kebersamaan kami. Sungguh menyenangkan sekali! Tidak berhenti kami saling menertawakan foto kebersamaan kami selama beberapa hari belakangan ini.

Entah apa yang kami bahas waktu itu!

Saya sungguh berusaha untuk benar-benar ada di antara mereka selama beberapa hari itu. Saya berusaha untuk memusatkan perhatian, pikiran, dan tindakan hanya untuk mereka. Mungkin dengan cara ini saya bisa menyicil utang kebersamaan yang menumpuk selama tiga tahun belakangan ini. 

Hasilnya adalah saya sangat menikmati dan merasakan bahwa mereka, anak-anak ini pun mengarahkan semua energi mereka untuk saya. Sungguh terpenuhi! Energinya penuh! J

Di SDN Inpres Para. Setelah minum kelapa muda juga ini. :)

Mungkin karena energi mereka penuh juga lah yang membuat saya selalu mampu bangkit dari kasur meskipun masih sangat lelah akibat kegiatan kami di hari sebelumnya. Hampir sehari penuh kami bersama-sama. 

Kadang-kadang saya bingung dengan tenaga yang saya miliki yang memampukan saya bisa ada untuk mereka setiap hari. Well, terima kasih anak-anakku! Kalian lah sumber energi utama Ibu selama beberapa hari ini! Hahah…

“Ibu ko bangun lama sekali!” (padahal masih jam 9 pagi dan sedang libur juga)
Saya hanya bisa menertawakan diri saya sendiri yang sempat kelelahan ketika mengikuti jam bermain mereka. :D (bersambung)
***

Komentar

Postingan Populer