Albert Camus: Hidup Ini Tidak Memiliki Makna

 


Setiap kali mendengar nama Albert Camus, apa yang muncul di dalam benak pembaca? 

Filsuf? Penulis? Nobel? Eksistensialis?

Iyes, semua nama di atas bisa dianggap cukup mewakili beliau. :)

Saya menemukan karya Albert Camus itu saat saya kuliah. Lupa-lupa ingat sih. Apa jauh setelah kuliah ya? Karyanya yang pertama kali saya baca adalah The Stranger. Sebelumnya saya sudah membaca beberapa tulisan mengenai pemikiran dan ide-idenya.

Kesan saya begitu membekas dengan pemikirannya. Beberapa hasil pemikirannya yang sudah saya baca justru menjawab banyak pertanyaan sangat penting dalam hidup saya. Pertanyaan-pertanyaan itu sudah lama terpendam dan tidak menemukan jawaban yang memuaskan.

"What is the meaning of life?"

"Untuk apa sih hidup?"

"Hidup tidak memiliki makna sama sekali. Hidup ini absurd."

Keabsurdan hidup ini adalah jawabannya. Mengapa banyak pertanyaan muncul di dalam benak saya mengenai hidup? Mengapa saya tidak memandang hidup sebagaimana orang lain memandang hidup mereka? Mengapa orang lain tidak memandang hidup sebagaimana saya memandangnya?

Iya, hidup ini absurd.

Di dalam bukunya yang berjudul The Stranger itu, melalui tokoh bernama Mersault, saya belajar mengenai penerimaan hidup sebagai mana adanya. Tidak ambisius. Tidak juga putus asa. Justru karena seperti itu lah dia dipandang aneh oleh banyak orang.

Dia juga tidak menunjukkan duka yang mendalam setelah kematian ibunya. Dia tidak menunjukkan rasa bersalah saat terbukti menembak seorang Arab. Dia juga tidak menerima pendeta dan penghiburan sebelum ia dieksekusi mati. Dia menerima dia bersalah dan dia menerima dia dihukum mati. Penerimaan itu sungguh aneh di mata banyak orang. Dasar orang aneh!

Beberapa karya lainnya ada juga, seperti The FallThe Myth of Sisyphus, The Rebel, The Plague, dan Mati Bahagia. Masih banyak lagi karya-karyanya yang layak untuk dibaca.

Albert Camus mendapatkan penghargaan Nobel di bidang Kesusatraan pada tahun 1957. Albert dinilai telah berhasil menghasilkan karya yang menggugah kesadaran manusia pada masa itu.

Pemikiran absurditas dan eksistensialisme Camus ini juga dikaitkan erat dengan pemikiran Nietzsche dan temannya J.P. Sartre.

Jadi, kenapa kita eksis? Kenapa kita ada? Kenapa kita menjadi?

Camus meninggal dalam kecelakaan mobil pada tahun 1960 di Perancis. Dia meninggal pada usia 46 tahun. Mungkin saja Camus sudah menemukan makna keberadaannya.


Labuan Bajo, 25 Oktober 2020

M


Komentar

Postingan Populer