Siapa Bilang Pekerjaan Rumah Tangga itu Mudah?

 


Mungkin tidak ada yang bilang mudah. Atau sebenarnya ada yang bilang bahwa pekerjaan rumah tangga itu tidak mudah, tapi kadung dianggap sepele oleh orang lain. Atau bisa jadi dianggap remah oleh kebanyakan orang. 

Jadi, saya menyadari dan mampu menjawab pertanyaan di atas itu dengan sangat yakin karena beberapa bulan belakangan ini saya melakukannya sendiri. 

Saya mencoba memperhatikan kegiatan rumah tangga yang saya lakukan mulai dari bangun pagi sampai saya menuju kasur di malam harı. Katakanlah saya bangun pagi pukul 07:00 ya. Kegiatan saya berikutnya adalah memberikan makanan kucing, merapikan tempat tidur, menyapu halaman, sarapan, dan menyapu/mengepel rumah. Kalau saya membersihkan pekarangan sekitar rumah superti bunga dan tanaman, maka saya bisa menyelesaikan pekerjaan rumah ini sampai pukul 12:00. Karena belakangan ini saya menyukai pekerjaan merawat tanaman, maka saya memasukkannya menjadi agenda rutin harian. Kalau saya memasukkan agenda mencuci baju, maka waktu yang saya butuhkan akan jadi lebih lama.

Setelah pekerjaan ini selesai, biasanya saya baru mandi dan kemudian makan siang. Kalau saya makan siang di luar, maka kegiatan ini bisa selesai sampai pukul 14:00. Kalaupun saya makan siang di rumah, bisa selesai di waktu yang sama juga arena saya bisa makan sambil menyicil salah satu serial atau film yang sedang saya ikuti.

Nah, setelah selesai makan siang sampai pukul 18:00 saya bisa mengerjakan hobi saya sehari-hari. Mulai dari membaca buku, menonton, atau tidur. Kalau saya sedang kebagian untuk menyelesaikan urusan di luar rumah, maka saya tidak bisa mengerjakan hobi saya di atas. :)

Pukul 18:00 sampai pukul 20:00 biasanya saya habiskan untuk makan malam, menonton, menyiram tanaman, dan idealnya bermain dengan kucing-kucing. Saya selalu menyempatkan sekitar 30 menit untuk bermain dengan mereka.

Kalau sedang menerapkan gaya hidup sehat, saya akan tidur pukul 22:00 atau paling lama pukul 23:00. Begitulah cara saya menghabiskan satu hari.

Nah, yang jadi pertanyaan adalah bagaimana dengan orang-orang/perempuan yang sudah bersuami maupun yang sudah memiliki anak ya? Saya saja yang belum menikah dan punya anak kadang-kadang merasa tidak punya cukup waktu, bagaimana dengan yang punya anak dan suami?

Jadi, kalau saya memasukkan anak dalam agenda harian ini, maka dengan jelas saya akan kehilangan banyak kegiatan yang biasa saya lakukan, misalnya bercocok-tanam dan membersihkan rumah. 

Belum lagi kalau saya harus mengelap kursi-meja dan perabotan. Misalnya saya termasuk orang yang sedetail itu. Jelas ya, kegiatan itu hilang dari agenda. Apalagi kalau Anaknya lagi rewel dan jumlah anaknya misalnya lebih dari satu.

Wah... Saya bisa membayangkan betapa berantakannya jadwal harian yang tadinya damai dan baik-baik saja. Tidak heran saya banyak bertemu istri/ibu yang tidak lagi sempat melakukan hobi dan kesenangan mereka. Mata panda dan kurang tidur menjadi makanan sehari-hari.

Poin saya adalah saya kini menganggap bahwa pekerjaan rumah bukanlah pekerjaan yang remeh-temeh. Saya jadi ingat mengenai kegelisahan Virginia Woolf mengenai beban pekerjaan rumah tangga yang ditanggung oleh perempuan, sehingga mereka tidak lagi punya waktu untuk menulis, membahas filsafat kehidupan, maupun untuk membaca. Apalagi kalau mereka harus mengurus anak yang banyak. 

Jangan dulu masukkan skenario memiliki pembantu atau pengasuh. Tidak semua bisa membayar jasa keduanya. Kalaupun bisa, apakah mereka para ibu ini akan punya waktu untuk menyenangkan diri mereka sendiri? Untuk membaca, menulis, dan mengkritik kehidupan sosial mereka?

Simone De Beauvoir juga menjelaskan di dalam bukunya yang berjudul 'Second Sex' bahwa perempuan yang disibukkan dengen pekerjaan rumah tangga sehari-hari, tidak akan punya waktu lagi untuk membaca buku, menulis, atau memimpin gerakan sosial.

Saya berpikir, tepatlah pemikiran para perempuan yang mengatakan bahwa pekerjaan rumah dan menjadi istri/ibu bisa menjadi penghalang bagi mereka untuk melanjutkan cita-cita mulia mereka. Mungkin karena beban ganda ini juga, tidak banyak perempuan yang berada dalam posisi-posisi strategis dalam perubahan sosial. Mungkin.

Sejak menyadari kelelahan dan waktu yang saya habiskan dalam satu hari seperti itu, saya semakin sadar bahwa pekerjaan di rumah tidak bisa dianggap sepele. Kecuali kalau saya tidak mau tahu dengan keadaan rumah saya, ya mungkin saya bisa punya waktu untuk melakukan hobi saya yang lain. Tapi, masa iya saya bisa dan mau melakukannya begitu saja?

Bagaimana menurut kalian wahai para perempuan?


M




Komentar

Postingan Populer