Selamat Datang di Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara :)


Pertama kalinya bagi saya menginjakkan kaki di Sulawesi Tenggara. Awal tahun ini saya mulai di Kabupaten Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara. Taman Bacaan Pelangi akan mendirikan satu perpustakaan di Desa Katoi. Desa ini bisa ditempuh sekitar 4-5 jam perjalanan dari Bandara Sangia Nibandera, Pomala di Kabupaten Kolaka.

Cuaca yang cerah dan langit yang biru menyambut saya hari ini. Pak Arlan dari Tim Givaudan sudah menunggu saya di bandara dan kami siap berangkat menuju Desa Katoi.


Selama di perjalanan saya menemukan kalau tidak salah dua jembatan pelangi. Baru pertama kali ini saya melihat jembatan dicat warna-warni lohh. Pemandangan jadi lebih bagus. Hihihihi...

Penduduk asli Kabupaten Kolaka Utara adalah Suku Tolaki. Selain mereka ada juga Bugis, Bugis-Luwuk, dan Toraja. Kabupaten Tolaka Utara merupakan pemekaran dari Kabupaten Tolaka, yang barus berusia 14 tahun. Penduduk asli semua beragama Islam. Kita tidak akan menemukan gereja atau tempat ibadah agama lain di sini.


Kolaka terkenal sebagai kota Kakao, bahan dasar cokelat. Selain Kakao, kabupaten ini juga banyak Cengkeh dan tambang Nikel. Ada yang lucu di Kolaka ini. Banyak tempat makan di sini itu ala prasmanan loh. Harganya sekitar 15ribu sampai 30ribu sekali makan. Makanannya bebas mau pilih apa saja. Kebanyakan ikan sih di sini. Aneka sambal juga tersedia. :))


Lasusua merupakan ibukota Kabupaten Kolaka Utara. Bisa ditempuh berkendara selama 15-20 menit dari Desa Katoi. Lasusua tidak terlalu besar. Banyak pohon-pohon yang rindang yang menghiasi jalanan utama di Lasusua.

Kolaka Utara ini dikelilingi oleh gunung dan lautan. Di sebelah kiri kita dimanjakan dengan pemandangan laut Teluk Bone yang kalau sedang cerah kita bisa melihat daerah Sulawesi Selatan loh.

Sampai saat ini saya masih sering bolak-balik Katoi - Lasusua untuk mendapatkan koneksi internet yang stabil. :))

Tidak sabar menunggu kejutan-kejutan selama berada di Kolaka Utara. Selain tidak akan terhubung dengan intrenet selama di penginapan di Desa Katoi, juga karena akan berinterkasi dengan orang-orang baru, yaitu orang Bugis. Saya pernah punya pengalaman baik dan lucu sih dengan Orang Bugis waktu saya di Waisai, Raja Ampat. :))

Sekarang saya akan belajar dialek baru. Budaya baru. Kejutan-kejutan yang mana saya sudah mempersiapkan diri untuk menerimanya nanti. Tapi, yang paling penting adalah makanan-makanan yang super enak. Lidah dan perut saya cocok dengan masakan di sini. Modal pertama untuk bertahan di daerah baru. Hihihi...

Semoga beruntung, Monik! :)

Lasusua, 5.1.2018
Monik

Komentar

Postingan Populer