Surat Kepada (Calon) Ibu Mertuaku (6)


Dear Madam,

Selamat Tahun Baru 2018!!
Saya tidak tahu bagaimana Madam biasa mengisi pergantian tahun, tapi saya berharap Madam bisa berkumpul dengan orang yang paling Madam kasihi. Mungkin sambil menonton film favorit bersama akan lebih asyik lagi.

Seingat saya, kita terakhir bertukar kabar bulan Desember lalu. Sudah lama sekali ya?
Semoga Madam dan keluarga baik-baik saja. :))

Saya menuliskan surat ini dari Lasusua, ibukota Kabupaten Kolaka Utara, Sulawesi Tenggara. Sudah sejak minggu lalu saya berada di sini. Sejauh ini sih saya beradaptasi dengan mudah. Makanan di sini enak, kebanyakan ikan dan sambal. Tapi, saya tidak tinggal di kota Lasusua ini. Project mendirikan perpustakaan anak kali ini ada di Desa Katoi, sekitar 15-20 menit berkendara dari Lasusua.

Madam, belakangan ini saya kebanyakan merenung. Saya mempertanyakan banyak hal tentang diri saya, keluarga saya, dan orang-orang di sekitar saya. Oiya, pergantian tahun kemarin saya rayakan di Jogja. Memang, selalu ada alasan yang membuat Jogja itu layak didatangi lagi.

Dulu saya kuliah di Jogja, Madam. Empat tahun saya menjalani dunia praktis akademik sampai saya lulus sarjana. Setelah saya ke Jogja kemarin, saya mengunjungi kampus saya yang lama. Saya bertanya-tanya "Do i belong to this university?". Jujur, saya tidak hapal mars kampus saya. :)

Jujur selama berada di kampus kemarin saya rindu dengan dunia para akademisi ini. Tapi saya tidak tahu dunia akademik seperti apa yang saya harapkan. Apakah saya juga yang akan diserap oleh sistem yang sudah begitu kuat di sini.

Ahh... sore itu saya hanya mendengar suara burung di kebun belakang tempat saya duduk. Mungkin itu jawabannya, tapi saya tidak mengerti arti cuitan burung-burung itu. :)

Madam, saya tidak tahu apakah Madam adalah seorang Introvet atau bukan. Tapi saya mau kasitau kalau belakanngan ini saya sadar bahwa saya pun punya bakat menjadi seorang Introvert. Dalam beberapa kesempatan berinteraksi dengan orang lain, saya lebih senang memilih untuk sendirian. Saya tidak bisa konfrontasi dengan orang lain, kecuali yang sudah saya anggap dekat atau bagian dari hidup saya.

Saya lebih menikmati momen sendirian saya belakangan ini. Saya juga menikmati keadaan yang jauh dari hiruk-pikuk dan keramaian yang mungkin saat ini lebih banyak pengikutnya. Mungkin masih banyak orang-orang yang lebih memilih keramaian dibandingkan sepi.

Saya pernah mendengar kalau kita bisa semakin mengenal diri sendiri justru ketika kita dalam kesendirian dan keheningan. Saya masih setuju itu sampai saat ini. Penilaian dan opini dari keluarga dan sahabat memang perlu, tapi bukan jadi definisi tentang diri kita sendiri.

Kita sendiri lah yang semestinya paling mengenal diri kita sendiri. Madam setuju gak? :)

Oiya, saya tidak makan daging lagi. Saya tidak punya alasan religius dalam keputusan ini. Saya hanya membayangkan hidup dan makan seperti para biksu dan biksuni di monastery yang menanam makanan mereka sendiri. Hampir semua mereka adalah vegetarian. Mungkin saya sedang menuju kesana, tapi jalan saya masih sangat panjang.

Beberapa waktu lalu saya juga mempertanyakan apakah surat-menyurat kita ini masih perlu dianjutkan atau tidak. Saya hanya berpikir kalaupun kelak kita berjumpa, kita sudah memberikan ruang untuk saling mengenal. Kita bisa menjadi ibu mertua dan anak mantu yang saling melengkapi dan menolong.

Urusan saya dengan Anda bukan karena anak laki-laki Anda saja. Mungkin sebaiknya kita tidak berhenti pada tahap relasi karena saya memilih anak laki-laku Anda. Tapi kita bisa berelasi jauh lebih dalam sebagai individu yang ingin berkembang dan belajar hal baru.

Nah, kalaupun kelak kita tidak berjumpa dalam artian saya tidak memilih anak laki-laki Anda atau Madam sudah menghadap duluan, surat-menyurat ini akan saya jadikan warisan dalam relasi kita berdua. Ciee... Saya memang berlebihkan sih! :)

Jadi saya putuskan untuk tetap melanjutkan surat-menyurat ini. Saya yakin Anda setuju sih!

Penginapa saya ada di Desa Katoi itu. Saya tinggal di salah satu guest house sponsor perpustakaan kali ini. Pertama kali tiba saya tidur nyenyak sih. Pertanda baik, kan? Sinyal internet tidak stabil. Keadaan ini membuat saya jadi lebih sering menghabiskan waktu dengan diri saya, dan sedang dalam usaha membaca buku yang sudah saya bawa. *Sambil menyilangkan jari. :))

Hari ini saya sudah naik motor sendiri dari Katoi ke Lasusua. Pemandangan selama di perjalanan juga asyik dipandang mata. Jadi, untuk mendapatkan koneksi internet yang stabil saya ke Lasusua ini sekalian belanja atau makan siang.

Sekian dulu pembahasan saya awal tahun ini. Saya tunggu balasan Madam. Oiya, foto yang saya lampirkan ini foto di Pulau Para, Sangihe, Sulawesi Utara. :)
Terima kasih, Madam!


Salam,
Monik



Komentar

Postingan Populer