Mata Malam: Apakah Mei Selalu Berdarah?


"Kita baru bisa menunjukkan bahwa kita memiliki jiwa saat kita pecah. Membuktikan bahwa kita adalah manusia yang terbuat dari kaca asli."

Siap-siap saja untuk merasakan kengerian akan cerita di dalam buku ini. Buku ini merupakan buku kedua Han Kang yang sudah saya baca. Tahun lalu saya membaca buku The Vegetarian. Kesan pertama saya untuk buku yang ditulis oleh penulis asal Korea Selatan ini adalah ngeri. Cerita yang disajikan penuh dengan kengerian. Iya, kengerian memang sudah menjadi bagian dari paket kehidupan ya?

Buku 'Mata Malam' ini bercerita tentang pencarian mayat oleh seorang sahabat yang juga telah menjadi mayat. Cerita ini berlatar kisah Gwangju Uprising yang terjadi pada bulan Mei 1980 di Provinsi Gwangju, Korea Selatan. Banyak mahasiswa dan rakyat sipil yang menjadi korban keganasan tentara di bawah kediktatoran presiden saat itu.

Gwangju memanas sebagai aksi protes untuk menggulingkan presiden Chun Doo-Hwan yang memimpin negara itu dengan totaliter dan militerisme. Para mahasiswa, pelajar, dan rakyat sipil melakukan demonstrasi yang berujung kepada kekerasan dan pembunuhan. Diperkirakan ratusan orang meninggal dan ribuan orang terluka saat demonstrasi terjadi.

Sudah banyak juga film yang diproduksi untuk menceritakan kisah Gwangju Uprising ini. Salah satu film yang saya sudah tonton berjudul 'Taxi Driver'.



Membaca buku ini mengingatkan saya pada peristiwa bersejarah yang juga berdarah yang terjadi di Indonesia. Anehnya, terjadi di bulan Mei juga. Apakah ini sebuah kebetulan semata? Pada bulan Mei 1998, Indonesia juga mengalami peristiwa bersejarah dan berdarah yang sampai saat ini belum ada penyelesaian dan penjelasan dari pemerintah.

Pada bulan itu telah terjadi pembunuhan, perampokan, pemerkosaan, dan penjarahan yang menimpa orang-orang etnis Tionghoa, yang kemudian disusul dengan mundurnya Soeharto yang telah memerintah Indonesia selama kurang lebih 30 tahun.

Saat itu juga terjadi penembakan kepada para demonstran (mahasiswa) yang saat itu menuntut mundurnya Soeharto yang dinilai memimpin Indonesia secara otoriter dan penuh dengan praktik korupsi.

Sampai saat ini anggota keluarga mahasiswa yang menjadi korban Mei 1998 masih aktif untuk menuntut penjelasan dan penyelesaian kasus ini di depan istana negara. Gerakan ini dikenal sebagai 'Aksi Kamisan', karena mereka bergerak setiap hari Kamis.

"Aku terkejut mendapati sesuatu yang murni tiba-tiba kutemukan di dalam diriku. Aku ingat perasaan tidak takut lagi, perasaan rela mati, perasaan segar, seakan-akan darah puluhan ribu orang berkumpul membentuk satu pembuluh darah."

Setelah membaca buku ini dan membaca berita mengenai Gwangju Uprising, saya kemudian berpikir Apakah Mei akan selalu berdarah? Apakah Mei akan selalu kelabu?

Selamat membaca. Selamat meresapi bulan Mei yang kelabu.
Mei di Indonesia juga kelabu.


Ende, May 2020
M


Komentar

Postingan Populer