The Stranger: Apakah Hidup Memang Tidak Bermakna?



Saya sudah membaca buku ini lebih dari dua kali, tapi tetap saja saya masih kesulitan untuk mengungkapkannya dalam kata-kata melalui tulisan. Satu pemikiran berkelindan dengan pemikiran lainnya. Iya sih. Iya yang itu. Tapi, tetap saja sulit untuk memilih kata yang lebih pas untuk mewakili pemaknaan akan buku ini. Cocok sih seperti judulnya. Aneh. :)

Albert Camus merupakan salah satu pemikir atau filsuf (walaupun beliau tidak terlalu suka disebut sebagai filsuf) yang mempengaruhi cara berpikir saya sampai saat ini. 

Camus berhasil memberikan jawaban-jawaban akan pertanyaan yang sudah merecoki pikiran saya sejak lama. Pertanyaan-pertanyaan seperti "Apakah hidup punya tujuan?" Atau "Untuk apa kita hidup?" Atau "Apa sih makna hidup itu?". 

Pertanyaan-pertanyaan di atas sudah menggerogoti pikiran saya sejak lama dan saya tidak bisa menemukan jawaban yang pas. Selalu saja ada yang kurang setiap kali teman atau sahabat menjawab pertanyaan ini. Bertanya ke tokoh agama atau yang suda punya pengalaman hidup yang banyak juga tidak menjamin apa-apa.

Sampai akhirnya saya bertemu dengan pemikiran Albert Camus. Pemikirannya yang menjawab pertanyaan-pertanyaan itu semua. Camus dengan lantang menjelaskan bahwa hidup tidak memiliki makna alias meaningless. Saat pertama kali membaca pemikiran ini, kok iya saya seperti mendapatkan air minum di tengah gersangnya padang gurun. 

Saya lebih bisa menerima jawaban ini dibandingkan dengan kotbah2 inspirasi mengenai hidup bermakna dan lain-lain. Kurang lebih seperti itulah kisah di balik penemuan Albert Camus. Sejak saat itu, saya pun dengan senang hati mencari dan membaca buku-buku yang ditulis oleh pemikir Perancis berdarah Aljazair ini.

Oke, kita kembali ke buku ini ya. Buku ini berkisah tentang seorang pemuda bernama Mersault. Mersault hidup dalam kesenderian dan menerima hidup yang yang ia jalani apa adanya. Tidak menuntut apapun. Tidak bercita-cita apapun. Tema buku ini memang aneh. Hahah...

Mersault dicap sebagai orang aneh karena dia tidak menunjukkan rasa berduka ketika ibunya meninggal. Mersault juga tidak menunjukkan antusisasme yang diharapkan oleh bosnya ketika dia akan dipindahkan ke Paris. Tidak punya ambisi sama sekali.

Tragedi hidup Mersault dimulai ketika dia menembak seorang pemuda Arab di dekat sebuah air terjun. Pemuda itu tewas dan ditemukan ada empat kali penembakan di tubuhnya. Mersault pun dipenjara dan terancam hukuman mati dengan dipancung.

Setengah dari cerita dalam buku ini adalah masa-masa perenungan Mersault di dalam penjara hingga menuju hukuman matinya. Selama di penjara, Mersault juga dicap tidak punya moral karena tidak menunjukkan penyesalan dan rasa bersalah. Mersault pun tidak berusaha untuk membela dirinya di hadapan jaksa dan hakim.

"Tapi, kucoba menghibur diriku. Walau bagaimanapun, sudah menjadi rahasia umum bahwa hidup ini bukanlah kehidupan yang pantas dijalani. Dalam arti luas dapat kupahami hanya terdapat perbedaan kecil, apakah seseorang akan mati pada umur 30, 60, atau 100,.. Terserah apakah aku akan mati sekarang atau 40 tahun yang akan datang."

Mersault juga menolak pendeta yang datang berkali-kali untuk menghiburnya. Mersault menolak untuk percaya Tuhan dan meminta pengampunan sampai kematian tiba di depan matanya.

"Suatu kehidupan yang dapat kuingat adalah kehidupan di atas dunia ini. Hanya kehidupan seperti ini yang kuinginkan".

Selamat membaca!


Ende, Juni 2020
M

Komentar

Postingan Populer