Anna Karenina: Apakah Penderitaan Membuat Hidup Layak Dijalani?

"Keluarga bahagia mirip satu dengan yang lainnya, keluarga tak bahagia tidak bahagia dengan jalannya sendiri-sendiri."

Akhirnya lunas juga utang membaca buku karya Leo Tolstoy ini. Yeaayyy!!

Saya membaca buku pertamanya justru sekitar dua tahun lalu dan baru menemukan buku keduanya di awal tahun ini. Lumayan lama juga ya jaraknya. 

Anna Karenina adalah buku pertama Leo Tolstoy yang saya baca dan untungnya sudah diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Di dalam terjemahan Bahasa Indonesia, buku ini dibuat menjadi dua buku.

Secara garis besar buku ini bercerita tentang kehidupan keluarga dan batin para anggota kelas atas di Rusia. Masalah yang dituliskan adalah permasalahan-permasalahan batin yang mungkin saja memang dialami oleh manusia pada umumnya, bukan hanya kaum kelas atas saja.

Adalah Anna Karenina, seorang istri pejabat tinggi Petersburg, Alexei Karenin berselingkuh dengen Aleksei Vronskii seorang tentara dari keluarga ningrat di Moskow. Pada masa itu, Rusia yang masih memegang kuat ajaran Kristen mengutuk perbuatan Anna dan Vronskii. Hubungan gelap mereka tidak diterima di kalangan para bangsawan. Anna yang ingin hidup berama Vronskii harus meminta cerai dari Alexei dengan risiko kehilangan anak semata wayangnya. Tidak bercerai dengan Alexei justru membuat hubungan Anna dan Vronskii tidak menemukan kejelasan.

Akan tetapi, setelah meninggalkan Alexei tanpa benar-benar bercerai, hubungannya dengan Vronskii justru menegang dan merenggang. Anna diliputi keraguan dan curiga atas kelakuan Vronskii belakangan ini. Anna merasa cinta Vronskii sudah merosot padanya dan pikirannya pun selalu diliputi dengan perselingkuhan Vronskii dengan perempuan yang dijodohkan oleh ibunya.

Di sisi lain, ada juga pasangan suami-isteri Levin dan Kitty yang masih setengah matang, sehingga mereka masih perlu untuk membangun rasa percaya satu sama lain meskipun mereka bersepakat untuk menikah. Godaan yang menghampiri kehidupan pasutri baru ini lumayan kuat sehingga berkali-kali Levin berpikir apakah hubungan ini layak dijalani.

Kelahiran anaknya justru membuat Levin semakin ragu mengenai tujuan hidupnya. Levin dan Kitty berjanji untuk bekerja berama-sama dalam menjalani kehidupan rumah tangga mereka yang masih sering mengalami cobaan.

Ada juga pasutri Dolly dan Oblonskii yang sudah menikah lama dan juga tidak terbebas dari cobaan. Oblonskii berselingkuh dan di kemudian hari mengalami masalah ekonomi juga. Dolly yang setia merawat dan membesarkan anak-anaknya juga sering dihadang keraguan tentang kehidupannya yang membosankan. Dolly juga mengalami krisis eksistensial diri yang membuatnya mempertanyakan kehidupannya selama 15 tahun belakangan ini.

Ketiga Keluarga ini menjadi tokoh utama di dalam buku Anna Karenina ini. Kehidupan ketiga pasutri ini menunjukkan bagaimana pergolakan batin dan tantangan yang mereka hadapi selama menjalani hubungan sebagai suami-isteri, kekasih gelap, maupun sebagai keluarga.

***

Membaca buku ini sungguh membantu saya dalam hal memberikan perspektif dan cara pandang baru mengenai kehidupan pernikahan maupun berkeluarga. Pergolakan batin masing-masing tokoh menjadi panduan bagi saya bagaimana kita sebagai manusia juga kerap merasakannya. Bahkan sampai berapapun usia kita, manusia masih akan menjadi bulan-bulanan pertanyaan maupun keraguan yang berasal dari diri sendiri.

Sebenarnya inilah salah satu kekuatan literatur Rusia yang saya rasakan hingga saat ini. Saya dibawa menuju kedalaman hati saya entah sejauh mana, kemudian membeberkannya dengan pertanyaan-pertanyaan kunci mengenai diri yang selama ini tersimpan rapat. Akan tetapi, jawaban dari pertanyaan-pertanyaan itu justru membawa diri menuju kehampaan. Anehnya, kehampaan yang kurasakan itu justru seperti ada isinya. Malah penuh. Tapi juga sering diliputi oleh rasa frustasi.

Anna dan Vronskii yang diliputi oleh api cinta yang membara justru berakhir dengan tragis. Kekeliruan dan prasangka menjadi akarnya. Apakah rasa cinta memang bisa memudar seiring berjalannya waktu? Apalagi ketika perselisihan menjadi makanan sehari-hari?

Anna dan Alexei pun tidak memiliki cinta di awal kehidupan pernikahan mereka. Kalau tidak ada cinta, mengapa pernikahan bisa terjadi ya? Rupanya kenyataan memang lebih menyakitkan.

Tokoh favorit saya di dalam cerita ini adalah Levin. Levin memiliki banyak pertanyaan dan keraguan tentang diri dan hidupnya. Akan tetapi, dia tetap melanjutkan hidupnya dan mengerjakan yang bisa ia kerjakan sembari bertanya-tanya dan menunggu jawaban atas berbagai macam keraguan itu.

Pertanyaan-pertanyaan Levin mengenai hidup bisa mewakili berbagai macam pertanyaan manusia mengenai makna dan tujuan hidup. Levin memilih untuk mencari jawaban-jawabannya, meskipun seringnya membuat frustasi dan sakit hati. Masih ada juga pertanyaan-pertanyaan yang belum menemukan jawabannya. Mungkin kalau tidak dicari dengan sengaja, jawaban itu akan datang dengan sendirinya. Who knows? :D

Selamat Membaca!

Komentar

Postingan Populer