Relasi Antar Manusia Memang Rapuh

Saya masih mengendapkan informasi penting tapi menggelisahkan yang saya dapati seminggu belakangan ini. Saya belum bisa menyimpulkan bagaimana saya harus menyikapi informasi itu dan bagaimana saya bisa melanjutkan hidup saya dengan pembelajaran yang saya dapatkan dari berita itu.

Salah satu teman dalam sirkel terdekat saya bercerai dengan suaminya setelah hampir sepuluh tahun menikah. Saya pernah berada di antara mereka dan menyadari bahwa mereka saling mencintai. Saya masih mempercayai perasaan itu sampai kemudian saya mendengarkan berita itu langsung dari teman perempuan saya ini.

Apakah perasaan cinta dan sayang memiliki batas waktu tertentu seperti makanan kalengan yang dijual di toko? 

Apakah selama ini kita terlalu terlena sehingga lupa bahwa cinta bukanlah jawaban untuk semua permasalahan hidup?

Manusia yang mungkin begitu kamu cintai dan sayangi saat ini bisa berubah menjadi manusia yang paling kamu benci. Mereka membuatmu menderita. Mereka membuatmu melupakan kehangatan dan kebaikan yang dulu kalian sama-sama bagi.  

Perubahan merupakan peristiwa yang tidak bisa kita hindari di dalam hidup ini. Sama halnya dengan kematian yang akan selalu membayangi ketika kita masih hidup. Perpisahan dan perceraian juga sama. Ketika kita memilih untuk menjalin relasi dengan orang lain, perpisahan bukan sesuatu yang tidak mungkin dapat dihindari.

Saya juga belajar untuk mengerti bahwa keputusan untuk bercerai bukan keputusan yang mudah untuk diambil. Bercerai adalah jalan keluar terakhir yang mereka ambil setelah berjuang dan berusaha untuk memperbaiki keretakan yang terjadi.

Di mana rasa cinta dan sayang mula-mula yang mereka miliki di awal hubungan itu?

Apakah perasaan itu bisa habis atau kedaluwarsa?

Mungkin sudah saatnya kita bisa menerima perpisahan atau perceraian merupakan sesuatu yang bisa terjadi kepada siapa saja. Tidak terhindarkan.

Pasangan suami-isteri, pacaran, atau relasi apapun dapat mengalami kekerasan, ancaman, dan saling menyakiti. Kupikir, memilih untuk mempertahankan relasi abusive bukan pilihan yang mutlak. Siapa pun berhak untuk keluar dan menyelamatkan dirinya sendiri.

Kita juga tahu bahwa ada beberapa alasan orang-orang mempertahankan relasi mereka, meskipun sudah jelas-jelas menyakiti dan toxic. Keberadaan anak menjadi salah satu alasan pasangan suami-isteri untuk bertahan di dalam hubungan yang sudah rusak. Ketergantungan salah satu pihak, baik secara ekonomi maupun emosional bisa menjadi alasan untuk tetap bertahan di dalam relasi itu.

Pernikahan bisa hancur.

Persahabatan bisa putus.

Hubungan darah tidak bisa jadi jaminan untuk tidak saling menyakiti.

Berita mengejutkan dari teman saya ini menjadi pengingat bagi saya bahwa relasi antar manusia memang sangat rapuh. Bisa pecah kapan saja. Bisa rusak. 

Komentar

Postingan Populer