Formula hidup bernama 'tidak berharap banyak'

Hari ini saya belajar tentang kecenderungan kita manusia untuk berharap akan sesuatu. Berharap semua urusan akan berjalan baik-baik saja, bahkan lancar. Berharap untuk diterima oleh orang-orang yang kita hargai. Berharap untuk panjang umur. Berharap untuk bahagia. Berharap untuk sehat. Berharap untuk memiliki hidup yang lebih baik dari para pendahulu kita.

Harapan dan berharap mungkin salah satu kunci peradaban manusia masih berlangsung hingga saat ini.

Tapi, seiring berjalannya waktu, kita juga dilatih untuk tidak berharap banyak. Kita dipaksa oleh pengalaman hidup untuk selalu meletakkan harapan di titik paling rendah. 

Kita tidak boleh berharap banyak dan tinggi karena kenyataan lebih sering mengecewakan. Kupikir nenek moyang kita juga mengalami ini sehingga kita generasi berikutnya pun percaya bahwa kalau berharap banyak kita pasti akan kecewa.

Menurut pemikiran saya, menaruh ekspektasi di titik rendah merupakan salah satu mekanisme perlindungan diri. Mekanisme pertahanan diri yang membuat manusia bertahan sampai saat ini. Bisa kalian bayangkan kekuatan seperti apa yang kita miliki ketika kekecewaan lebih sering dihadapi dibandingkan dengan kegembiraan. Kita mungkin benaran bisa memindahkan gunung. :D

Apakah manusia akan bertahan kalau sering mengalami kekecewaan? Kubayangkan, kita tidak akan bertahan lama. Kita akan mati dengan mudah karena menanggung sakit hati dan kekecewaan terlalu banyak. Maka dari itu, otak kita pun belajar dari pengalaman dan mulai berevolusi. 

Saya membayangkan setiap sel di dalam tubuh dan otak manusia bekerja keras untuk menemukan obat yang manjur untuk mengatasi stres dan sakit hati yang berkepanjangan ketika kenyataan tidak sesuai dengan harapan. Butuh waktu lama. 

Mungkin setelah sekian ratus, bahkan ribuan tahun bekerja keras, akhirnya ditemukanlah satu formula. Formula itu bernama 'low or zero expectation'

Otak manusia pun belajar untuk tidak berharap banyak terhadap hal-hal yang berada di luar dirinya. Eh tapi, sesekali manusia juga diingatkan untuk mencoba formula itu untuk dirinya sendiri. Kemudian, manusia pun belajar perlahan-lahan untuk tidak berharap banyak terhadap dirinya sendiri.

Ternyata, selain sering dikecewakan oleh lingkungan di luar dirinya, manusia juga bisa dikecewakan oleh dirinya sendiri.

Sejak zaman dulu, saya juga selalu diingatkan oleh orang-orang di sekitar saya untuk tidak berharap banyak tentang apapun. Saya tidak boleh menaruh harapan kepada orang lain karena pasti akan kecewa. Pasti akan sakit hati. Sampai saat ini saya masih memegang erat pelajaran itu.

Tapi, hari ini saya mau menaruh harapan tinggi pada diri saya dan lingkungan saya. Saya mau menaruh harapan kalau saya bisa menjalani hidup dengan lebih baik. Saya ingin menaruh harapan kalau orang-orang yang saya temui adalah orang-orang baik. 

Saya ingin menaruh harapan kalau kucing saya akan berumur panjang. Saya ingin menaruh harapan kalau orang-orang yang berusaha keras seumur hidupnya akan dihadiahi dengan baik oleh hidup.

Meskipun persentase kecewa akan jauh lebih besar karena harapan-harapan itu, saya ingin tetap berharap. Meskipun saya akan sakit hati dan menangis lagi karena hari-hari buruk yang akan saya alami, saya ingin berharap. Saya tidak ingin takut menaruh harapan. Saya tidak ingin takut mengambil risiko meskipun saya sudah pasti akan kecewa.

Sepertinya sel-sel memori di dalam otak saya akan bekerja lebih keras untuk hari-hari ke depan. 

Semoga saya tidak apa-apa walaupun berharap banyak. Semoga kalian juga ya!  :)


Komentar

Postingan Populer