Zakheus Pakage dan Komunitasnya: Teologi Kristen Sebagai Katalisator Pembebasan Orang Papua

 

"Dalam bahasa Benny Giay, Indonesia melantik diri sebagai juru selamat untuk menyelamatkan orang Papua."

Menurut pemikiran saya, buku ini layak banget untuk dibaca, khususnya bagi kamu yang tartarik dengen isu pembangunan di Papua. Mengingat, di pemerintahan saat ini, isi pembangunan infrastruktur menjadi topik yang hangat untuk diperbincangkan.

Apakah pembangunan infrastruktur adalah solusi untuk permasalahan yang terjadi di daerah yang kita anggap tertinggal, dalam hal ini Papua? 

Baru saja saya membaca sebuah laporan tentang habisnya hutan di Papua yang diubah menjadi perkebunan sawit dan lumbung pangan.

Membaca buku ini memberikan saya perspektif mengenai perjuangan masyarakat Papua yang ingin menentukan nasib meraka sendiri. Akan tetapi, cita-cita ini terhalang oleh kepentingan negara-negara yang sampai saat ini meraup keuntungan dari kekayaan alam mereka.

Perjuangan rakyat Papua untuk merdeka bukanlah barang baru. Perjuangan ini sudah mereka upayakan sejak tahun 1960-an. Rakyat Papua yang memimpin perjuangan ini terus-menerus dihentikan dengan cara dispensara maupun dibunuh.

Melalui kisah Zakheus Pakage ini, Benny Giay mengisahkan bagaiaman seorang Zakheus sadar akan penindasan yang dialami oleh orang pribumi dari para pendatang. Kesadaran akan penindasan ini membuat mereka bekerja untuk menentukan nasib sendiri, yang mana sudah meraka mulai dengan memberdayakan masyarakat dengan kegiatan-kegiatan pertanian maupun perdagangan.

Cara berpikir orang pendatang yang selalu menempatkan orang Papua sebagai yang tertinggal dan juga tidak beradab selalu menjadi bahan perdebatan dan juga topik yang tidak menyenangkan untuk saya dengar. Stereotipe sebagai masyarakat bodoh, barbar, tidak berbudaya membuat orang Papua selalu mendapatkan penindasan dan diskriminasi dalam banyak aspek.

Benny Giay juga menceritakan bagaimana Teologi Kristen membantu orang Papua untuk bisa Mandiri dan  memiliki hidup yang lebih baik serta memiliki kesadaran akan hidup. Akan tetapi, yang unik dari cara berpikir Benny adalah beliau membahas tentang bagaimana Teologi Kristen mendorong transformasi masyarakat Papua (Zakhus Pakage) dari dalam. 

Artinya, Teologi Kristen bukan dianggap sebagai harang impor yang datang dari luar saja, tapi menjadi faktor penyebab tumbuhnya kesadaran di dalam diri orang Papua. Sederhananya, Teologi Kristen diterima masuk tidak secara mentah-mentah.

Ada juga bagian di mana sebelum masuknya agama Kristen, masyarakat asli Papua sudah memiliki kepercayaan meraka sendiri. Mereka juga mengakui bahwa 'Tuhan' orang Kristen mirip juga dengan dewa yang mereka percayai selama ini.

Selama saya membaca buku ini, saya juga melihat bagaimana agama menjadi semacam penghiburan bagi orang Papua yang miskin dan tertindas. Agama Kristen menjadi semacam jaminan bahwa penderitaan mereka selama hidup ini akan dibayar dengan kehidupan yang kekal di surga. Inilah menurut pemikiran saya menjadi penyebab mengapa orang Papua menjadi masyarakat yang relijius. 

Sampai saat ini, masyarakat Papua memasukkan 'Hari Masuknya Injil ke Tanah Papua' yang jatuh pada tanggal 5 Februari sebagai hari libur wajib se-Papua. Dari hal ini kita bisa melihat bagaimana masyarakat Papua merespon Injil atau kabar baik tentang hidup kekal di surga.

Membaca penelitian yang dilakukan oleh Benny Giay ini membantu saya memberikan rujukan mengenai pentingnya kehadiran Injil bagi orang Papua. Akan tetapi, tidak berhenti sampai di situ. Injil ini juga bisa menjadi dasar semangat untuk pembebasan bagi masyarakat Papua dari segala bentuk penindasan. Masyarakat Papua harus bekerja lebih keras lagi untuk mewujudkan pembebasan ini.

Melihat sejarah bagaimana penindasan yang dialami oleh OAP (Orang Papua Asli) telah berlangsung lama dan tidak putus (hanya berubah wujud), Teologi Kristen harus bisa dijadikan sebagai katalisator untuk nasib orang Papua yang lebih baik, bukan hanya sebagai penghiburan akan nasib yang buruk karena dijajah dan ditindas.

Komentar

Postingan Populer