Apakah saya bisa menjadi seorang penulis?
Cerita personal Murakami sensei mengenai motivasi maupun caranya untuk tetap menulis sangat relevan dengan pertanyaan saya belakangan ini.
“Apakah saya bisa menjadi seorang penulis?” Pertanyaan ini yang saya ajukan ke diri saya sendiri belakangan ini. Sayapun dibawa menuju memori-memori masa lalu yang jujur saja membuat saya bersemangat dan berapi-api.
Saya juga membaca tulisan-tulisan sederhana yang menggambarkan ide dan pemikiran saya pada masa itu. Saya senang sekali mengetahui bahwa menulis membuat saya bahagia dan merasa fullfilled.
Saat membaca buku Murakami sensei itu, saya menilai diri saya belum memenuhi kriteria sebagai penulis. Ini bukan dalam artian merendahkan diri sendiri ya. Tapi berdasarkan pengalaman yang diceritakan oleh Murakami sensei, tips dan triknya memang saya akui sangat relevan dan memungkinkan untuk dilakukan jika memang ingin menjadi penulis. Salah satu yang paling mengena kepada saya adalah soal kedisiplinan. Menulis membutuhkan kedisiplinan yang tidak bisa ditawar-tawar.
Murakami sensei menulis hampir tiap hari meskipun tidak selalu berkaitan dengan novel yang sedang dia kerjakan. Menurut beliau apabila ingin menulis panjang maka dibutuhkan keteraturan (saya maknai juga sebagai kedisiplinan) yang panjang juga. Butuh ketahanan fisik, mental, dan jiwa jika ingin menjadi penulis panjang. Oleh karena itu, Murakami sensei mendapatkannya melalui hobi berlari.
Well, saya belum memiliki itu. :(
Saya juga diingatkan kembali melalui salah satu buku yang saya baca yang mengatakan bahwa apabila ingin menulis, ya menulis saja. Toh, tujuan menulis bukan untuk menjadi ahli dalam menulis. Tulis saja dulu. Lagi-lagi ini juga jargon yang sering saya dengar saat kuliah semester awal-awal dulu.
Cita-cita saya untuk menulis masih ada. Cita-cita untuk menerbitkan buku karya saya sendiri juga masih ada. Meskipun belum tahu pasti kapan itu akan mewujud, mungkin sebaiknya saya memulai dengan saran yang dianjurkan oleh Murakami sensei itu.
Saya juga menyadari bahwa modal utama untuk bisa menulis adalah membaca sebanyak-banyaknya buku. Saya suka membaca buku. Meskipun sejak bekerja lagi, jumlah buku yang saya baca sudah berkurang. Godaan untuk bersenang-senang dan berleyeh-leyeh lebih kuat dibandingkan melanjutkan bacaan saya. Tidak apa-apa juga sih. Mungkin saya sudah bisa mulai untuk membaca lagi.
Mengapa saya suka menulis? Karena saya senang melakukannya. Melakukan hal yang kita sukai memang menjadikannya lebih mudah untuk dilakukan.
Oiya, satu pesan lagi yang khas banget dari buku ini adalah “untuk menunda mengambil kesimpulan. Jangan terburu-buru. Amati saja!” Sebisa mungkin untuk menahan kesimpulan atas sebuah peristiwa atau fenomena. Selain itu, mengenal banyak orang juga bisa membantu menemukan karakter-karakter yang ingin dibahas.
Sudah siap untuk menjadi penulis? :D
M
Komentar
Posting Komentar