Dia dengan Luka yang Masih Basah
Pukul 4 kurang dini
hari
Terlalu dini untuk
bangun dan membuka mata, apalagi tersadar
Tapi, sesubuh itu
kau terbangun dengan matamu yang basah
Subuh itu hujan
tidak mengguyur kamarmu, tapi mengapa matamu menyisakan basah yang tidak biasa
Sesekali kau
bergolek ke kanan dan ke kiri
Berharap kau bisa
menyembunyikannya dariku
Aku bertanya dengan
wajah yang aku yakin belum utuh terbentuk
Sisa-sisa bentuk
bantal dan air liur yang senang berpetualang pasti memenuhi pipiku
Ah, untung aku
segera tersadar oleh matamu yang menyiratkan makna yang tidak biasa
Sedangkan fajar
masih berusaha untuk bangkit, tapi kau sudah bangkit dalam dukamu
Sesubuh itu kau
menceritakan dukamu padaku
Aku tidak mengerti
ceritamu seutuhnya, karena matamu memaksaku untuk segera terjun ke dalam
Meski aku tidak
mahir berenang, bahkan fobia kedalaman, tapi matamu memaksaku untuk tenggelam
menuju kedalaman luka di matamu
Apa yang sedang kau
gelisahkan, sahabat?
Perlahan kau membuka
mulutmu, perlahan-lahan kau pun bersuara
“luka itu masih
basah, sahabat”
Hanya itu yang kau
ucapkan dan aku belum saja mengerti
Kau ingin kembali
bergelut sendiri bersama mimpimu
Iya, mungkin mimpimu
akan memberikan penawar luka atau pengering luka
Segera mungkin aku
membiarkanmu masuk menuju dalamnya mimpimu
Berharap kau
menemukan penawar itu. Mimpi indah.
Aku kembali menuju
bantal yang masih hangat oleh air liur sisa semalam ini
Ah, andai saja air
liur itu segera mengering mungkin aku akan kembali tertidur lelap
Bahkan, air liur ini
memaksaku untuk berpikir
Aku masih terkenang
tentangmu, sahabat
Tentang luka yang
kau bilang masih saja menguak ke permukaan di saat-saat tertentu
Kau tidak
menginginkannya, kau bahkan sudah mengampuninya
Tapi, mengapa muncul
tiba-tiba dan
Menyadarkanmu bahwa
luka itu masih saja basah, belum jua kering
Sahabat, bagaimana
aku bisa menolongmu dengan luka itu?
Aku tidak tahu cara
untuk mengeringkannya, aku tidak ahli
Aku pun tidak bisa
menjanjikan mimpi-mimpi indahmu sanggup mengeringkannya
Ah, betapa payahnya
aku
Akhirnya, sinar
mentari bergelayut memasuki celah-celah di sudut kamar
Aku terbangun
olehnya dan bergegas untuk menyambutnya
Tapi, kau masih saja
basah
Matamu tidak
berhenti berbicara
Adakah airmata
sedang mencuci luka-lukamu?
Semoga sinar mentari
pagi ini cukup kuat untuk mengeringkan luka itu, sahabat
Walau aku tahu, luka
itu masih saja basah
Terkadang dilupakan,
terkadang dimengerti
Ketika muncul ke
permukaan, masih saja basah
“luka itu masih
basah, sahabat”
Aku hanya bisa diam.
Bisu.
Aku tahu ada sesuatu
yang bergejolak di dalam hatiku
Luka. Luka itu.
Jakarta,
24 November 2012
00.37
Wib
M
& M
Komentar
Posting Komentar