Mungkin Cinta (Tapi Seringnya Bukan)
Semudah itu kau
mengatakan cinta
Perasaan yang
sedang membelenggumu, bahkan sukanya membuatmu menderita
Adakah cinta
bisanya meninggalkan duka saja?
Ada yang bilang
kalau siap menerima cinta, harus siap juga menderita olehnya
Kau masih
termenung bersama cahaya kamarmu yang temaram
Rintik-rintik
hujan kadang dinanti untuk memberi jawaban
Berharap ketika
kau tersadar, cinta sudah datang dalam wujud yang berbeda
Cinta mengubah
kehidupanmu 180 derajat
Inginnya akhir
yang bahagia
Selalu ingin
akhir yang bahagia. Awal yang bahagia juga mau kan?
Tapi, ternyata
bahagia tidak semudah harapan
Siapa yang
berani berurusan dengan cinta
Harus berani
menanggung luka dan beban karena cinta
Tapi, benarkah
itu cinta?
Atau hanya
reaksi berlebihan tentang perasaan yang
Sudah terlalu
lama beku, tapi malu untuk mengakuinya
Hati yang
kosong, perasaan yang tawar, dan pengalaman yang masih belia
Kadang kau
bilang, biar laki-laki saja yang bertindak duluan
Takut dinilai
agresif, nakal, dan pemaksa ketika kau yang bertindak duluan
Hanya karena
kau adalah seorang perempuan
Sekarang kalian
menambahi masalah yang sudah lama membelenggu
Kalian bilang
cinta akan kalah ketika agama, suku, dan latar belakang budaya yang berbeda
Tapi, mengapa
cinta juga disalahkan ketika membangkitkan asmara manusia yang berjenis kelamin
sama?
Banyak yang
menghujat. Mengutuki.
Apakah cinta
harus dirasakan oleh orang yang segala-sesuatunya sama dan serupa
Kecuali jenis
kelamin?
Ah... aku
pusing dengan aturan-aturan membosankan itu.
Jadi, semoga
itu bukan cinta
Kalaupun cinta,
semoga menentramkan
Bukannya membelenggu
dan membuat penderitaan baru
Iya, aku hanya
bisa bicara
Aku hanya bisa
membuat mudah hal yang mungkin sukar bagimu
Semoga aku
salah. Itu saja.
Kalaupun cinta
Semoga kau
berbahagia dan sentosa karenanya.
Jakarta, 14
Nopember 2012
14.05 Wib
M & M
Komentar
Posting Komentar