Selamat Berbahagia Sahabatku! :)



Tanggal 30 Desember 2017 menjadi waktu yang sangat kamu nanti-nantikan. Sebenarnya saya juga deg-degan sih, tapi mau bagaimana lagi, siap tidak siap kamu sudah memilih laki-laki yang akan kamu dampingi dan kamu tolong untuk seumur hidupmu.

Saya masih ingat zaman kita muda dulu, betapa kita mudah mengucapkan sumpah ataupun janji tanpa tahu kita bisa saja mengingkarinya di masa depan. Saya pikir sih itu wajar saja sebagai manusia ya! Kalau saya tulis di sini, satu tulisan tidak akan cukup untuk memuntahkan janji-janji dan sumpah palsu kita di zaman kuliah dulu. Iye kan?


Hari itu, saya melihat dan merasakan kebahagiaanmu yang begitu tulus. Walaupun masih banyak pertanyaan yang belum terjawab, kamu memilih untuk maju. Kamu tidak dipaksa dan juga tidak disogok. Hahah.. Iya, saya turut bahagia karena kamu juga bahagia.

Tidak peduli permasalahan rumah tangga macam apa yang akan kamu hadapai di masa mendatang, kebahagiaan kamu di hari ini bisa menjadi modal awal yang baik untuk menghadapinya bersama pendamping hidupmu.


Masa-masa muda yang kita lalui dulu beserta dengan janji dan sumpah (palsu) akan selalu menjadi bagian hidup yang mengingatkan kita bahwa hidup penuh dengan kejutan dan tidak perlu takut. Tidak perlu takut menghadapi rintangan. Tidak perlu takut ketika memang tidak yakin tentang sesuatu.

Tapi saya bisa rasakan bahwa kamu sudah yakin. Kamu sudah siap kok!
Ketakutanmu akan selalu menjadi pengingat untuk berhenti sejenak dan berefleksi dan bertanya.
Mudah-mudahan kamu tidak berhenti bertanya ya! :))

Saat menyaksikanmu mengucapkan janji suci di gereja dan di hadapan keluarga, saya memang bertanya-tanya di dalam kepala saya. "Bagaimana mungkin ada manusia yang berjanji untuk sehidup semati?" Kemampuan apa yang dimiliki oleh manusia itu untuk bersama dengan orang yang bukan keluarga.

Tapi mungkin itu yang membuat banyak orang yang tertantang untuk melakukannya. Tapi mungkin ada juga yang melakukannya (menikah) untuk memenuhi ekspektasi, harapan, atau mimpi entah alasan lain pun. Iya, mungkin sah-sah saja.

Saya jadi ingat ketika bertemu keponakan saya untuk pertama kalinya. Saat melihatnya saya hanya merasa bahwa saya akan melakukan apapun untuknya. Mungkin karena di Boru Harahap kali ya? Heheh..  Agak berlebihan memang mengingat keponakan saya masih punya orang tua dan hidup sejahtera. :))

Ketika melihatmu mengucapkan janji dan berterima kasih kepada orang-orang terdekatmu, saat itu saya juga merasa bahwa saya ingin melihatmu bahagia. Saya ingin mendukungmu untuk selalu berbahagia dan memilih keputusan terbaik menurutmu. Saya juga ingin dan akan berusaha untuk selalu ada kapanpun kamu butuhkan. Cieeee... Ya kali suamimu pan sudah ada. :))

Selamat berbahagia, Sahabatku!


Jogja, 30.12.2017
Monik

Komentar

Postingan Populer