Le Petit Prince: Menelusuri Jiwa Kanak-kanak di Dalam Diri



“All grown-ups were once children... but only few of them remember it.”

Novel ini dirilis pada tahun 1943. Akan tetapi, sampai saat ini masih menjadi salah satu buku yang paling banyak dibaca di dunia. Buku ini juga sudah diterjemahkan ke hampir 200 bahasa dan dialek di seluruh dunia. Kenapa ya buku ini bisa begitu laris dan disukai banyak orang?

Salah satu penyebabnya adalah karena buku ini sarat akan makna yang dalam. Banyak yang berpikir buku ini bisa dibaca oleh anak-anak, tapi buku ini juga masih layak dan layak banget dibaca oleh orang dewasa. 

Bagi saya sendiri buku ini merupakan salah satu buku wajib yang harus dibaca. Saya sudah membaca buku ini berkali-kali dan pesan yang saya terima juga selalu baru dan berbeda setiap kali membacanya. Buku ini bercerita tentang seorang pilot yang terdampar di padang gurun dan bertemu dengan seorang pangeran cilik yang kesepian. 

Buku ini menceritakan tentang perbincangan si pilot dan si anak laki-laki, si Little Prince itu. Perbincangan mereka dan pemikiran si Little Prince ini memberikan banyak pencerahan dan pengingat mengenai kehidupan. Melalui perspektif seekor rubah, bunga mawar, dan seekor ular, kita disuguhi dengan topik-topik yang sederhana tapi menyentuh hati.

Menurut saya, buku ini juga menjadi pengingat bagi orang-orang dewasa, bahwa menjadi orang dewasa itu bisa jadi sangat membosankan. Menjadi orang dewasa yang tidak mampu lagi berimajinasi seperti saat menjadi anak-anak dulu.

Hal ini sangat jelas diceritakan ketika di Little Prince menggambar, dan orang dewasa hanya melihat itu sebuah topi. Si Little Prince bercertita bahwa gambar itu bukan topi, tapi gambar ular Boa yang menelan seekor gajah. Orang dewasa digambarkan menjadi sosok yang membosankan.

Kalau dikatikan dengan kehidupan sehari-hari, iya juga sih. Banyak orang dewasa yang sudah tidak bisa lagi berimajinasi liar atau berkreasi di luar zona nyaman. Orang dewasa sudah banyak yang terjebak dalam rutinitas dan masalah sehari-hari. "Anak kecil tau apa sih?" Justru pernyataan seperti ini yang sering keluar dari mulut orang dewasa. Mungkin saya salah satunya.

Si Litte Prince juga diceritakan berkeliling ke enam asteroid dan menemukan orang-orang untuk diajak berdiskusi. Dia bertemu Raja, orang sombong, pemabuk, pengusaha yang sedang menghitung kekayaannya, penyala lampu siang dan malam, dan seorang ahli geografi. Keenam orang ini merupakan metafor bagi manusia-manusia dewasa yang ada di sekitar kita, atau bahkan kita juga salah satunya.

Raja digambarkan sebagai seseorang yang selalu minta dihormati dan didengarkan, orang sombong yang memamerkan kemampuannya, sampai ahli geografi yang tidak bergerak kemana-mana, dan hidup hanya untuk menyelesaikan pekerjaannya.

Buku Le Petit Prince yang ditulis oleh Antoine de Saint-Exupèry ini menjadi pengingat untuk kita mau menilik kembali jiwa kanak-kanak di dalam diri

Jiwa yang membuat kita menjadi manusia dewasa sampai saat ini. Menjadi orang dewasa yang akan selalu mengingat bahwa dulu kita pernah menjadi anak-anak dan mau menghidupkan jiwa itu kembali.

"The world conspires to make us blind to it's own working; our real work is to see the world again"

Selamat membaca!



Ende, Juni 2020
M









Komentar

Postingan Populer