Norwegian Wood: Mari Bicara tentang Kesehatan Mental dengan Terbuka


"Kematian bukanlah lawan dari kehidupan, tetapi ada sebagai bagiannya"

Saya sudah membaca buku ini tahun lalu. Buku ini merupakan buku pertama atau kedua Murakami yang saya baca. Awalnya saya menduga-duga kalau judul buku ini terinspirasi dari lagunya The Beatles dengan judul yang sama, dan setelah saya membaca bukunya memang benar tebakan saya ini. :))

Kesan pertama saya setelah membaca buku ini adalah buku ini begitu suram. Kisah para tokoh yang ada di dalamnya begitu menyedihkan. Membaca buku ini mengajari saya untuk menerima kesuraman ini menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.

Tokoh utama dalam buku ini adalah Toru Watanabe, Naoko, dan Midori. Toru dan Naoko merupakan sahabat sejak bersekolah. Persahabatan Toru, Naoko, dan Kizuri (kekasih Naoko) mendadak berubah drastis sejak Kizuri bunuh diri pada ulang tahunnya yang ke-17. 

Sejak kematian Kizuri dan betahun-tahun setelahnya, Naoko berubah menjadi perempuan yang berbeda. Duka dan rasa bersalah yang dalam membuatnya memutuskan untuk masuk ke pusat kesehatan mental di pinggiran Kyoto. 

Toru menunjukkan rasa persahabatannya dan juga perasaan terdalamnya kepada Naoko dengan sering mengunjungi dan menghabiskan waktu bersamanya di sanatorium itu. Di sisi lain, Toru juga sedang didekati oleh Midori, seorang mahasiswi yang jauh berbeda dengan Naoko.

Naoko digambarkan sebagai seorang perempuan muda yang tertutup dan lemah secara emosional karena didera berbagai duka yang ia alami. Sedangkan Midori diceritakan sebagai perempuan yang kuat, realistis, dan blak-blakan.

Norwegian Wood ini mengisahkan ketiga tokoh utama di atas. Toru yang memendam perasaan terhadap Naoko, tapi Naoko tidak bisa menerima perasaan itu karena keadaan mentalnya yang tidak stabil. Toru juga mengalami kegelisahan akan perasaan yang sebenarnya terhadap Midori. Toru diperhadapkan dengan kedua perempuan yang berbeda  karakter secara drastis. 

Kisah hidup Naoko berakhir ketika dia memutuskan untuk bunuh diri di sanatorium. Duka yang mendalam yang dia rasakan sejak kematian Kizuri dan kakaknya tidak mampu ia bendung meskipun sudah berusaha sekeras mungkin. Kematian Naoko menyisakan duka yang dalam bagi Toru. Sampai akhir ceritanya, Toru menyadari bahwa Midori lah perempuan yang paling penting di dalam hidupnya.

*** 
Novel Norwegian Wood ini pertama kali dipublikasikan pada tahun 1987. Novel ini dianggap sebagai novel yang suram dan gelap. Peristiwa kematian yang diceritakan di dalam novel ini terjadi saat musim dingin. Musim dingin memang sering dikaitkan dengan kematian. Kematian memang bukan topik yang menyenangkan untuk dibahas, oleh karena itu topik ini sering didiamkan dan disembunyikan. Murakami mengisahkan kematian dengan begitu manusiawi dan apa adanya di dalam buku ini.

Selain itu, saya juga mendapatkan pesan tersembunyi setelah membaca buku ini, yaitu ajakan untuk menjaga kesehatan mental. Melalui tokoh Naoko, saya menemukan bahwa banyak orang-orang yang mengalami gangguan kesehatan mental bukan karena mereka tidak mau untuk sembuh. Banyak yang tidak sanggup untuk sembuh. Bunuh diri merupakan solusi untuk beban itu. Saya juga memandang bunuh diri merupakan langkah yang berani yang tidak semua orang berani ambil.

Pandangan saya mengenai kesehatan mental semakin menguat melalui tokoh Naoko ini. Di kehidupan sehari-hari kita, tidak bisa kita pungkiri bahwa masih banyak orang yang memandang sebelah mata mengenai topik kesehatan mental ini, bahkan meremehkan. Oleh karena itu, banyak juga orang yang akhirnya abai dengan kesehatan mentalnya sendiri maupun kesehatan mental orang-orang di sekitarnya.

Langkah Naoko untuk masuk ke pusat kesehatan mental, menurut saya merupakan langkah yang sangat berani. Naoko menyadari bahwa dia tidak sanggup lagi menjalani hidup dengan beban yang selalu membelenggunya. 

Kalau dikaitkan dengan kehidupan sekarang ini, keputusan Naoko ini menjadi semacam pengingat untuk jangan malu atau takut untuk menyembuhkan diri. Kita bisa melakukan konsultasi dengan psikiater atau dokter, bercerita dengan orang yang kita percayai, dan mendaftarkan diri ke pusat perawatan kesehatan mental apabila diperlukan.

Melalui tokoh Naoko saya belajar bahwa orang-orang yang mengalami gangguan kesehatan mental ini melalui masa-masa yang sangat berat dan menakutkan. Kehadiran orang lain pun tidak menjadi jaminan dan solusi untuk kesembuhan. 

Buku ini menjadi pengingat betapa rapuhnya kita sebagai manusia yang bahkan tidak selalu sanggup menyembuhkan diri sendiri. Mari kita terima itu. 

Mari kita tilik dan tanyakan kepada diri kita sendiri. Apakah kita sudah memperlakukan diri kita dengan baik? Apakah kita sudah mengutamakan kesehatan mental dalam kehidupan sehari-hari? Topik ini harus sering dibahas dengan terbuka dan dengan empati. 

Kalau memerlukan bantuan, jangan sungkan dan takut untuk meminta pertolongan kepada orang yang kita percayai.

Selamat membaca bukunya juga ya.


Ende, Juni 2020
M

Komentar

Postingan Populer