Raumanen: Kisah Cinta Beda Suku

Raumanen. Seorang perempuan Minahasa yang lahir dan besar di Jakarta ini jatuh cinta kepada seorang pria Batak bernama Monang. Akan tetapi, Manen tidak mendapatkan restu dari keluarga Monang yang Batak banget. 

Keluarga Monang masih mengharapkan ia menikah dengan perempuan Batak. Cinta Manen yang tulus tidak mendapat balasan yang setimpal baik dari Monang dan keluarganya. 

Buku ini merupakan buku pertama Marianne Katoppo yang saya baca. Buku ini merupakan pemenang sayembara novel Dewan Kesenian Jakarta pada tahun 1975. Marianne juga memenangkan SEA Write Award pada tahun 1982 dan menjadi perempuan pertama yang memenangkan penghargaan ini. 

Salah satu pelajaran utama yang saya dapatkan dari membaca buku ini adalah "Wahai perempuan, tinggalkan laki-laki yang tidak bisa punya sikap. Tinggalkan laki-laki yang plin-plan." 

Penderitaan Manen semakin parah karena Monang yang tidak bisa mengambil sikapnya atas cintanya kepada Manen. Dia masih mencintai Manen, tapi tidak berdaya saat keluarganya memintanya untuk bersama dengan perempuan Batak yang akan menjadi istrinya. Hamil pula si Manen.

Novel ini berlatarkan Jakarta pada tahun 70-an, saat banyaknya aktivis mahasiswa yang memprotes kebijakan pemerintah Indonesia pada masa itu. Manen adalah salah satu aktivis mahasiswa yang aktif mengikuti kegiatan mahasiswa untuk mengkritik pemerintah. Kebetulan pula Manen memiliki banyak teman dekat orang Batak. Sebagai orang Minahasa, dia jago juga berbahasa Batak.

Apakah perempuan mampu melepaskan diri dari kisah cinta yang menyakitkan?
Saya emosi juga saat membaca Manen yang begitu tergantung secara emosional kepada Monang. Reaksi saya saat membaca buku ini seperti ibu-ibu yang ngamuk saat nonton sinetron 'Kumenangis'. :D

Mungkin sebaiknya tidak ada manusia yang menderita dalam kisah percintaan yang idealnya membebaskan. Laki-laki dan perempuan memiliki hak untuk memutuskan diri dari relasi yang kadung menyakiti dan merusak. 

Kalau saja Monang bisa lebih tegas dengan dirinya sendiri. Kalau saja Monang tidak memulai api asmara dengan Manen. Kalau saja Manen tetap kukuh dengan pendiriannya dari awal itu. Kalau saja. Kalau saja. 

Manen lah yang paling menderita dalam hubungannya dengan Monang. Manen menanggung penolakan atas hubungan cinta yang kadung ia percayai ini. Manen tidak sanggup lagi melanjutkan hidupnya. Monang memang br*ngs*k!

Selamat jalan, Manen.



Ende, 13 Sept 2020
M








Komentar

Postingan Populer