Ketika Saya Tidak Tahu Apa yang Benar-benar Saya Inginkan

Saya sedang berada di fase ini. Saya tidak bunya ide sama sekali mengenai apa yang saya inginkan. Apakah saya punya cita-cita yang mash ingin dicapai? Apakah saya memiliki ambisi yang mendorong saya cukup kuat untuk bergerak? Untuk melakukan sesuatu.

Saya mencoba melihat hidup teman-teman seumuran yang berada di sekitar saya. Saya membandingkan diri dengan apa yang mereka sudah dapatkan. Saya senang dengan apa yang sudah mereka capai. Teman-teman saya masih memiliki ambisi dan semangat untuk mewujudkan cita-citanya. Saya turut senang ketika meraka berhasil. Saya terkesan dengan rasa percaya diri dan keyakinan akan masa depan yang lebin baik yang mereka miliki.

Apa itu yang Saya tidak miliki? Kurang percaya diri. Kurang yakin. Cenderung menilai diri lebih rendah dari pada yang sewajarnya. Apa yang menyebabkan saya melakukannya kepada diri sendiri? Apakah memang begitu adanya yang sebenar-benarnya? 

Di usia 32 tahun ini, banyak hal yang sudah terjadi. Saya benar-benar merasakan bagaimana hidup apa adanya. Well, saya tidak seputus-asa itu sih. Saya masih berpikir kalau hidup masih layak untuk dijalani.

Saya mencoba menghibur diri dengan mengatakan kalimat-kalimat penyemangat kepada diri saya sendiri. Hal itu berhasil dalam beberapa saat. Apa yang membuat saya merasakan harus melakukan sesuatu? Sesuatu yang terpikirkan di sini adalah pekerjaan formal. Pekerjaan yang menghasilkan uang. Uang yang akan saya gunakan untuk membeli buku, membayari ongkos perjalanan, beli kebutuhan sehari-hari, dan menabung untuk hari tua yang serba tidak pasti.

Apakah uang itu yang saya butuhkan? Melakukan sesuatu untuk menghasilkan uang? Well, sebenarnya saya belum membutuhkan uang dalam jumlah banyak dalam waktu dekat. Dengan gaya hidup yang saya miliki sekarang ini, tanpa mendapatkan gaji, saya masih bisa hidup sih. Saya masih bisa memenuhi kebutuhan harian saya. Saya juga masih bisa menyediakan makanan kucing.

Memikirkan untuk bekerja dan menghasilkan uang seumur hidup rasanya juga tidak menyenangkan. Tapi mungkin sangat banyak orang yang saat ini bekerja mati-matian tapi tidak menghasilkan apapun. Tidak mencukupi kebutuhan apapun.

Jadi, apa dong? Apa yang benar-benar saya inginkan untuk diri saya?

Melihat teman saya dilamar dan menikah memang menyenangkan. Saya bahkan mencoba memakai tudung pernikahannya. Lucu sih kayaknya menikah ya? Tapi, masa saya menikah untuk merasakan kelucuan. Lagian, belakangan ini saya juga semakin yakin bahwa pernikahan bukan untuk saya. Memiliki anak bukan bagian saya juga.

Afeksi? Perasaan disayangi dan diperhatikan? O.. kalau yang ini saya akui memang kebutuhan mahluk hidup ya. Bisa datang dari sahabat, pacar, keluarga, dan hewan peliharaan. Kupikir afeksi tidak selalu mewujud dalam hubungan romantis sih.

Jadi, apa yang benar-benar saya inginkan untuk diri saya?

Perasaan damai. Tidak khawatir akan masa depan. Mengerjakan sesuatu untuk menyenangkan diri sendiri. Berbuat baik kepada orang lain. Menyayangi hewan yang ada di sekitar.

Tapi, kok saya masih merasakan ada yang kurang ya? Saya belum benar-benar yakin. Hhmm... Tapi, sejak kapan kita (saya) benar-benar bisa yakin akan sesuatu? Apakah saya akan pernah benar-benar yakin tentang yang saya inginkan?

Komentar

Postingan Populer