(TIDAK) NORMAL
Mengikuti alur hidup yang diikuti
oleh banyak orang, katanya itu normal
Jadi, kalau terlihat berbeda dari
kebanyakan orang, maka disebut tidak normal
Memiliki cara berpikir seperti
kebanyakan orang, katanya itu normal
Jadi, kalau cara berpikirmu
berbeda dari kebanyakan orang, maka disebut tidak normal
Mengikuti segala sesuatu yang
telah menjadi tren masa kini, katanya itu normal
Jadi, kalau tidak mengikuti tren
masa kini maka disebut tidak normal
Apa itu normal?
Apakah normal adalah ketika
mengikuti keinginan banyak orang?
Apakah normal adalah mengorbankan
diri sendiri untuk kesenangan orang lain? Meskipun itu dengan mengorbankan
prinsip?
Kalau saat ini belum punya banyak
mobil mewah, katanya itu tidak normal
Kalau saat ini belum punya banyak
gadget, katanya itu tidak normal
Kalau saat ini belum punya banyak
anak, katanya itu tidak normal
Kalau saat ini belum juga
menikah, katanya itu tidak normal
Apa itu menjadi normal?
Apakah normal adalah ketika
mengikuti gaya hidup banyak orang dan tidak lepas dari gaya masa kini?
Apakah normal adalah ketika
disukai oleh banyak orang? Apakah normal adalah ketika mengikuti arus pasar dan
diminati oleh pangsa pasar?
Belakangan ini terlalu banyak
aturan yang memaksa banyak orang untuk menjadi normal, tanpa tahu apa itu
normal.
Normal yang subjektif, juga
normal yang objektif.
Kamu normal kalau pada usia
tertentu kamu ‘seharusnya’ sudah menikah. Begitu pendapat beberapa orang. Itu adalah
normal menurut mereka, bukan menurut kamu. Normal yang subjektif.
Kamu normal kalau kamu bisa kurus
dan langsing, karena dengan begitu kamu akan bertambah cantik. Cantik itu
normal. Tidak cantik itu berarti tidak normal. Masih saja normal yang
subjektif.
Normal tidak normal masih saja
berkubang dalam ranah subjektif. Berdasarkan pendapat perseorangan, maupun
kelompok.
Normal adalah normal. Tidak normal
adalah tidak normal.
Apakah harus ada peraturan soal
normal tidak normal ini?
Apa salahnya kalaupun menjadi
tidak normal? Bukankah normal hanya berupa anti dari ketidaknormalan yang bisa
saja berubah tempat menjadi normal.
Ketika tidak mengikuti pendapat
banyak orang, bukan berarti tidak normal. Tidak juga ketika mengikuti pendapat
banyak orang maka disebut normal.
Ah, normal tidak normal hanya
masalah label yang sebentar juga akan berubah dan berganti. Normalkah? Bisa saja
nanti menjadi tidak normal.
Masih saja ikut-ikutan arus. Masih
saja bicara karena pendapat banyak orang.
Bagaimana kalau normal berarti
berani berdiri di atas prinsip diri sendiri. Tidak normal berarti ikut-ikutan
arus orang banyak?
Susah pasti, karena telinga kita
masih lebih gemar mendengarkan pendapat banyak orang. Apakah normal itu baik? Atau
ketidaknormalan yang justru membawa kebaikan?
Misalnya tentang perempuan masa
kini.
Normal adalah ketika perempuan
itu suka berdandan, rajin ke salon, suka belanja, suka hang-out kemana-mana. Selain
itu perempuan itu biasanya berambut lurus dan panjang. Berkulit putih terkadang
lebih normal.
Perempuan itu berbadan langsing. Katanya
supaya enak di pandang mata yang melihat.
Yang tidak normal adalah
perempuan yang tidak suka berdandan, tidak suka ke salon, tidak berambut lurus,
tidak berkulit putih, tidak masuk kategori langsing, dan masih banyak lagi.
Nah, kalau sudah begini biasanya
banyak yang membuat kategori diri masing-masing. Perempuan normal dianggapnya
begitu, dan yang tidak normal begitu juga. Perempuan normal sesuai kategori di
atas bisa jadi berasal dari keluarga mapan yang kebetulan suka melakukan
aktivitas tersebut. Atau bisa juga tidak terlalu mapan, tapi memiliki niat dan
usaha untuk memenuhi kategori normal tersebut.
Perempuan tidak normal bisa
berasal dari keluarga mapan secara ekonomi, tapi tidak memiliki minat untuk
memenuhi kategori normal tersebut. Tapi, bisa juga berasal dari yang tidak
mapan sama sekali.
Normal dan tidak normal berarti
sesuai dengan keadaan. Nah, kalau keadaan bisa berubah dan pasti dinamis,
bagaimana mungkin normal dan tidak normal menjadi sesuatu yang statis dan
pasti?
Think More!
Siang ini, 09 September 2012
12.23 Wib
M&M
Komentar
Posting Komentar