Ketika Fegio Menulis Cerita

Pada hari ini, saya meminta anak kelas II untuk menulis cerita tentang pengalaman mereka sehari-hari. Pengalaman yang menyenangkan mereka. Murid kelas II yang ada berjumlah sepuluh orang. Sebelum memulai pelajaran saya meminta mereka untuk menggeser meja dan kursi mereka menjadi dua baris dan saling berhadapan.

Mulailah saya bercerita tentang pengalaman saya. Saya bercerita tentang pengalaman saya melompat dari dermaga. Mereka serius mendengarkan, dan sesekali tertawa.

Setelah saya selesai bercerita, saya meminta mereka untuk menulis pengalaman mereka tentang apapun yang membuat mereka senang, bisa pengalaman bermain bola di dermaga, mengail ikan, bermain kelereng, bermain bombong, bermain bersama teman-teman, makan kukis, dan masih banyak lainnya. Apapun yang mereka rasakan hari ini, saya ingin mengarahkan mereka untuk berimajinasi dan membayangkan pengalaman mereka sehari-hari yang tidak bisa dilupakan.

Tibalah saat yang dinantikan, mereka mulai sibuk berpikir akan menulis tentang apa. Tidak berhenti mereka bertanya tentang apa yang seharusnya mereka tulis. Saya melihat beberapa anak yang sangat serius menulis dan tidak melepaskan pandangan mereka dari catatan mereka.

Selama proses penulisan, mereka tidak berhenti bertanya atau menunjukkan pekerjaan mereka kepada saya. Seperti murid kelas II pada umumnya, masih saja ada kata yang kekurangan huruf, dan masih bertanya bagaimana menuliskan huruf ‘y’ dan ‘e’. Saya senang melihat antusiasme mereka dalam menulis kali ini.

Kemudian, saya meminta Fegio untuk menunjukkan pekerjaannya kepada saya, karena hanya dia yang belum maju ke depan untuk berdiskusi maupun menunjukkan tulisannya. Setiap saya panggil dia selalu menjawab ‘tunggu, bu!’. Dari jawabannya yang sampai berkali-kali dan sekilas saya lihat dari jauh, nampaknya memang dia sangat serius menulis pengalamannya. Sebelum mulai menulis dia berkata akan menulis tentang pengalamannya mengail. Fegio sangat senang dan jago mengail.

Setelah Fegio menunjukkan hasil tulisannya, saya sangat tercengang. Saya terkejut. Saya sampai tertawa sendiri. Saya tidak menyangka yang dilihat oleh mata saya.

Saya menemukan tulisan Fegio seperti ini: ‘amume emumi seo seo...’ berulang-ulang.
Saya tidak mengejeknya. Saya tidak merendahkan tulisannya. Saya hanya tertawa kepada tulisan itu dan diri saya sendiri. Saya menemukan Fegio malu-malu dan berkata ‘Bu, kita belum tau menulis.’ Jujur.

Saya menemukan Fegio tidak bisa menulis apabila di dikte, tapi menulis ulang yang sudah ditulis di papan tulis atau buku dia sudah bisa.

Saya terkejut melihat keseriusan Fegio selama proses penulisan, dan ternyata begitulah hasilnya.
Bagaimanapun, Fegio sudah bisa berusaha sekuat tenaga. Dia mengakui dia belum bisa menulis. Dalam kepolosannya, saya hanya bisa tersenyum. Berharap Fegio akan tetap belajar menulis lagi. Sampai dia bisa menulis sendiri dan ketika di dikte.

Semangat Fegio!
Gambar 1: Fegio bersama dengan Anjas (Kelas IV)   

Pulau Para, 23.08.2013
14.14 WITA
M & M


Komentar

Postingan Populer