Malpraktik Rambut
Kejadiannya sudah
terjadi dua minggu lalu, namun masih teringat jelas dalam ingatan saya.
Sampai-sampai saya suka tertawa sendiri apabila mengingat peristiwa itu.
Beberapa
minggu yang lalu saya mengingatkan murid-murid laki-laki yang rambutnya sudah
panjang untuk segera memotong rambut mereka. Setelah memberikan beberapa hari
untuk memotong rambut, masih ada murid yang belum memotong rambut mereka. Ada
yang punya alasan tidak ada yang bisa memotong, tukang potong rambut yang biasa
dimintai tolong sedang tidak ada di tempat, sampai alasan terlalu sayang dengan
rambutnya.
Maka,
sebagai konsekuensi atas rambut yang sudah panjang itu saya membawa gunting ke
sekolah. Setelah apel pagi, saya menggunting rambut mereka dengan berbagai
macam gaya. Saya sengaja menggunting rambut mereka di sembarang tempat supaya
ada alasan di rumah untuk dirapikan kembali.
Ada salah
satu murid kelas VI, dia sering dipanggil Gabriel. Dia hanya memotong rambutnya
di sekitar telinga, sehingga bagian atas terlihat sangat panjang. Maka, tanpa
berpikir panjang saya memotong rambutnya yang sudah gondrong itu. Tak disangka,
setelah dia melihat rambutnya yang menurutnya saya potong terlalu pendek, dia
pun menangis. Aduh, terenyuh rasanya hati ini. Tapi, saya harus terlihat tegar.
Sepulang sekolah kami sudah berteman lagi sih. Saya sempat berpikir dia akan
memusuhi saya hari itu.
Saya
memujinya ganteng ketika akhirnya dia memotong semua rambutnya seperti potongan
rambut tentara. Hahaha... Dia memang ganteng.
Berikutnya
adalah Teddy, murid kelas III. Dengan polosnya dia datang kepada saya meminta
saya untuk memotong rambutnya yang belum juga dirapikan. Maka dengan semangat
’45 saya memotong rambutnya di bawah pohon nusu (Pohon Waru) yang sudah tua. Niat di hati
sih ingin memotong rambutnya dengan gaya tentara, tapi apa daya. Sambil tertawa
saya menyelesaikan rambutnya siang itu.
Hasilnya
sudah bisa dibayangkan. Bukannya jadi tentara, tapi saya melihat kepalanya
sudah seperti lintasan kereta api. Dengan polosnya dia bertanya tentang
rambutnya, saya bilang dia bertambah ganteng. Teman-temannya yang lain sudah
menertawakannya. Dengan muka masam dia bertanya lagi, dan saya jawab dia tetap
ganteng. Hahah... Teddy memang ganteng dengan gaya rambutnya yang terbaru.
Selama
perjalanan pulang dari sekolah bahkan sampai saat ini, saya tidak bisa berhenti
menertawakan kepolosan murid-murid saya dan juga kelakuan saya. Saya sudah
melakukan malpraktik dalam memotong rambut mereka. Hahahaha...
Namun di
dalam hati saya mengakui bahwa memang dengan gaya rambut apapun mereka tetap
ganteng-ganteng. Hahahah...
Pulau Para, 02.09.2013
16.49 WITA
M & M
mau nanya bu guru. kalo sebaliknya, murid-murid protes dan ingin melakukan malpraktik sama ibu pe rambut bagaimana dan? ibu mau kah tidak? :P
BalasHapustenang saja, kita pe anak-anak sudah mulai protes deng kt pe rambut. 'rambut ibu caplang..' (caplang: keriting) Hahahha.. jadi mreka mau kt potong rambut. hihihi
BalasHapus