Perempuan Diskon 30%

Saya masih bisa membayangkan bagaimana ide 'diskon 30%' muncul dalam percakapan saya dengan teman lama di suatu restoran malam itu. 

Mau dibilang lucu iya, mau dibilang miris juga iya. Bagaimana tidak? Mengingat usianya yang sudah kepala tiga, dia membayangkan bahwa sebaiknya dia memberikan diskon 30% kepada laki-laki yang akan mendekatinya atau mengajaknya menikah.

Saya pikir ide ini lucu karena dia berani mengatakan untuk menurunkan standarnya kepada laki-laki. Aku bahkan hampir tidak pernah memikirkannya meskipun usia kami sama. Perempuan tua berkepala tiga. :D

Di satu sisi ide ini menjadi ironis karena perempuan selalu menjadi pihak yang harus merendah dan menurunkan standarnya apabila dia dianggap sudah menyalahi 'standar masyarakat' terkait usia, status, dan label yang disematkan kepada mereka.

Menikah di usia kepala tiga - tidak lulus standar masyarakat

Melajang seumur hidup - tidak lulus standar masyarakat

Tidak punya anak setelah menikah bertahun-tahun - tidak lulus standar masyarakat

Pendidikan tinggi - tidak lulus standar masyarakat karena takut pihak laki-laki menjadi insecure

Penghasilan tinggi - tidak lulus standar masyarakat karena takut si perempuan akan jadi bos di dalam keluarga

Tidak bisa memasak - tidak lulus standar masyarakat arena menjadi patokan dalam level pelayanan dalam keluarganya 

Tidak boleh beropini dan mengungkapkan pendapat dalam ranah penting - tidak lulus standar masyarakat karena mereka berpikir perempuan tahu apa sih?

Dan masih banyak lainnya. :)

Pembicaraan kami malam itu mengingatkan saya bahwa kita perempuan sudah terlalu lama dibentuk dan ditekan sehingga kita buta akan potensi dan bargaining position yang kita punya. Sudah terlalu lama kita dibuat takut untuk berpikir dan berbuat di luar kebiasaan. 

Sudah terlalu lama kita dipaksa untuk menuruti aturan yang katanya dibuat untuk kebaikan bersama. Sudah terlalu lama kita dibungkam untuk bertanya tentang hal-hal yang kita tidak mengerti atau pun ragukan. Sudah terlalu lama kita disuruh diam dan menunggu nasib dan laki-laki.

Sudah saatnya ini kita hentikan. Kita sudah harus bisa bangkit dan mengajukan pertanyaan. Sudah saatnya kita meragukan norma/aturan yang dibuat tanpa persetujuan kita perempuan.

Iya, betul. Kita mungkin akan sendirian dan kesepian. Kita juga mungkin akan kalah.

Tapi, tidak apa-apa. Perjuangan kita belum selesai. Masih ada waktu.

Jadi, tidak perlu sampai memberikan diskon ketika menyangkut nasib diri sendiri ya! :D

Kita belum selesai.

Komentar

Postingan Populer