Dokter (ku)
Beberapa
hari ini aku sering mengamati geliatmu
Tanpa
kau sadari, aku lah yang telah mengamati gerak-gerikmu
Kalau
kau merasa sedang dimata-matai, itulah aku
Aku
lah yang melakukannya
Dari
kejauhan aku melakukannya
Samar-samar
dalam terangnya matahari siang yang membakar besi pembatas
Seragam
putihmu seringkali aku pertanyakan
“Mengapa
putih? Bukan biru seperti birunya langit. Atau pink biar seperti cherrybelle.
Katanya imut. Disukai banyak orang, khususnya anak-anak yang baru tumbuh gigi.”
Belum
terjawab.
Kau
masih muda
Lagakmu
juga berwibawa
Kemana-mana
membawa alat pendeteksi detak jantung
Pernahkah
kau mendengar detak jantungmu sendiri? Apa kata mereka?
Maksudku,
apa kata jantungmu tentang dirimu?
Apakah
mereka berdetak kencang, atau biasa-biasa saja.
Sepertinya
kau lah orang yang paling penting di muka bumi ini
Semua
orang membutuhkanmu
Semua
orang mengagumi
Masih
teringat aku tentang banyaknya orang tua yang bangga ketika anaknya bisa
menjadi dokter, bukan kuli tinta, apalagi kuli benaran
Mereka
begitu bangga melihat anak mereka memakai seragam putih itu
Mereka
telah berhasil menuntun anaknya menuju jalan yang seharusnya, yaitu menjadi
dokter
Ah,
andaikan saja menjadi kuli atau pembantu juga dibanggakan
Kalian
sering bergerombol
Asyik
dengan pembicaraan yang aku sama sekali tidak mengerti
Mungkin
kalian sedang membicarakan tentang obat yang aku tidak bisa eja
Atau
mungkin sedang membahas penyakit yang belakangan ini jadi tren
Penyakit
‘galau’ namanya. Apakah kalian sudah menemukan obat untuk penyakit sejuta umat
ini?
Aku
sesekali mengagumimu
Ketika
pasien sakit bisa sembuh
Ketika
yang susah tersenyum, bisa tersenyum lagi
Karena
kau dokter yang hebat
Dokter
yang dikagumi banyak orang
Dibutuhkan
sejuta umat
Tapi,
pernahkah kau sakit? Pernahkah kau menderita seperti pasien-pasienmu?
Setidaknya
kami tahu bahwa kau bukanlah manusia super yang tidak pernah sakit
Apa
yang kau lakukan ketika kau sakit?
Apa
pendapatmu tentang dokter sakit?
Jangan-jangan
kalian juga terserang penyakit ‘galau’
Dokter,
kau tidak perlu terlihat sempurna di hadapan kami
Aku
hanya tidak ingin kita terpisah jarak yang begitu jauh sehingga aku tidak bisa
menjangkaumu
Walaupun
aku adalah pasien, dan kau adalah dokter
Janganlah
kau menjauh dariku, ketika sakitku parah
Atau
ketika aku tidak punya uang untuk membayar kebaikanmu
Dokter,
pernahkah kau berobat?
Pernahkah
kau bertanya tentang kedirianmu yang dibutuhkan banyak orang
Yang
dikagumi banyak pasien
Yang
dibanggakan banyak orang tua
Yang
dikagumi banyak anak kecil, sehingga ketika ditanya tentang cita-cita mereka
selalu ingin menjadi dokter
Dokter,
jangan terlalu asyik dengan dokumenmu
Lihatlah
kami, tanyakanlah kami tentang sakit kami
Jangan
hanya mengamati gejala berdasarkan bacaan jaman sekolah dulu
Oh
iya, kenapa sekolah dokter itu biayanya sangat mahal?
Tidak
bisakah aku juga menjadi dokter walau duit tidak ada?
Atau bisakah
seorang anak kecil di pedalaman Papua sana bercita-cita menjadi dokter?
Walau
tidak ada uang. Walau tidak ada modal kecuali semangat.
Biasanya
akan ditertawakan.
Dokter,
lihatlah aku sekali saja
Mungkin
saja kau bisa melihat dirimu sendiri ketika melihat kami yang tidak berdaya ini
Terima
kasih karena sudah menjadi dokter
Dokter
yang juga manusia, bukan dewa segala penyembuh penyakit
Tapi
juga dokter yang pernah sakit
Dokter
yang juga pernah menderita
Dokter,
Dokter...
Mendekatlah
sini, aku ingin mendengarkan denyut nadimu
Dan
ingin menyampaikan pesan jantung hatimu
(Dokter
masih saja sibuk)
25
Maret 2012
23.13
Wib
M & M
Komentar
Posting Komentar