Raja Ampat (The Untold Story) Bukan Asal Kribo
Tadinya, saya curiga mengapa dalam sekian bulan rambut di kepalaku tidak
bertambah panjang, seperti halnya yang dialami oleh orang lain dalam hal ini.
Sekian bulan berada di tengah-tengah situasi yang begitu luar biasa, nyatanya
juga membuat rambut saya semakin luar biasa. Walaupun, saya masih curiga kenapa
rambut saya bukannya bertambah panjang, tetapi mengalami metamorfosis.
Kurang lebih dua bulan berada di Raja Ampat, Papua Barat. Tentu walaupun
matahari yang sama yang bersinar, saya berpikir bahwa matahari yang menyengat
di Tanah Papua memiliki daya tersendiri untuk mengubah wujud dan merasuki
siapapun yang ada di sana.
Demikian juga halnya yang terjadi dengan rambut di kepala saya. Memang,
beberapa kali saya sudah menyuarakan kecurigaan saya mengenai rambut ini, tapi
teman-teman masih belum percaya. Sampai pada akhirnya, mereka melihat sesuatu
yang memang berbeda dengan rambut saya belakangan ini. Iya, rambut saya telah
mengalami metamorfosis. Rambut saya telah mengalami sebuah fase di dalam
perkembangannya untuk mengalami masa seperti sekarang ini.
Rambut di kepala saya pastinya telah menemukan jati dirinya yang sejati
di sana. Saya menduga memang ini ulah sengatan matahari dan hembusan angin dari
laut, juga segala proses alam yang tidak bisa saya gambarkan. Mungkin ada suatu
kekuatan yang telah membuat rambut saya mengalami perubahan dan menemukan jati
dirinya yang sejati.
Tadinya, sebelum ke Raja Ampat, rambut di kepala saya tidaklah semeriah
sekarang ini. Maksudnya, di bilang keriting juga belum, apalagi kribo, tidak
sama sekali. Beberapa kali, orang-orang mengingatkan saya untuk melakukan sesuatu
tentang rambut saya ini, tapi tak ada satupun yang saya dengarkan.
Kemudian, seiring berjalannya waktu, ternyata rambut saya lah yang
mengerjakannya sendiri. Tidak dengan bantuan tangan manusia, tapi dengan
kekuatan entah yang berasal dari mana, akhirnya rambut saya memasuki sebuah
fase di dalam perkembangannya. Sebutlah kemudian keriting gede, atau lebih
senang dibilang kribo. Asli, rambut saya memang mengikuti jenis rambut
orang-orang yang tinggal di Papua itu. Mungkin memang ini adalah pertanda,
pertanda yang masih saya duga dan rahasiakan di dalam hati.
Sekarang, rambut saya masih seperti rambut saya ketika berada di Papua.
Walaupun, sudah beberapa bulan berlalu, sepertinya rambut di kepala saya
semakin nyaman dengan bentuk alami ini. Saya berani mengatakannya alami, karena
alam dan proses di dalamnya lah yang membentuk rambut saya seperti sedemikian
ini. Anehnya juga adalah rambut saya memang tidak bertambah panjang, tapi lebih
tepatnya semakin menggulungkan diri ke dalam, sehingga muncullah
keriting-keriting yang memiliki wujud yang jelas, tapi ada juga yang tidak
terlalu jelas bentuknya seperti apa.
Sehingga, sampai sekarang saya tidak membutuhkan sisir lagi. Sepertinya,
rambut saya pun menyisir dan merapikan dirinya seperti apa yang diinginkan.
Bahkan, Tante Ina yang saya temui di Raja Ampat mengakui akan perubahan rambut
saya yang semakin menjadi sesuatu.
Setelah kemunculan saya dengan rambut buatan alam ini, muncullah
tanggapan yang beragam dari beberapa orang. Ada yang terkejut karena tidak
percaya rambut saya ini bukan bentukan salon kecantikan. Selain itu ada juga
yang mengaku kagum dengan rambut saya, tapi ada juga yang menganggap rambut
saya ini sebagai bahan lelucon, sehingga selalu ditertawakan. Apalagi, kalau
saya sudah membiarkan rambut saya tergerai, maka akan muncul tanggapan yang
beragam. Ada yang bilang kayak gorden juga loh. Ada yang menyuruh saya untuk
mengikat atau menyisirnya saja. Biasanya saya bilang ogah.
Selagi rambut saya senang, saya senang dengan rambut ini, mengapa saya
harus menyiksa rambut saya dengan menyisir, mengikat, apalagi meluruskannya.
Dan saya tidak bohong, bahwa dalam beberapa waktu belakangan ini, rambut saya
menjadi buah bibir memang. Tidak di kampus, di kos, di kantor ketika bertemu
beberapa orang penting, biasanya sebelum menanyakan kabar, mereka akan
menanyakan soal rambut saya. Ada apa dengan rambut saya?
Biasanya saya memang senang menjelaskannya. Hanya saja, banyak yang
tercengang ketika saya menjelaskan kalau rambut saya ini adalah buatan alam,
tepatnya buatan alam Raja Ampat, Papua Barat.
Serius, dengan mewujudnya rambut saya seperti teman-teman dari Papua,
membuat saya sangat gembira memang. Ini semacam pertanda akan sesuatu yang
masih jauh tersimpan entah di mana. Saya hanya menduga-duga dalam batin saya
bahwa kelak saya akan kembali lagi ke sana.
Hahaha…aneh memang ketika bagian kecil yang tidak begitu penting, dalam
hal ini rambut juga menjadi salah satu momentum untuk memaknai sebuah
perjalanan yang tidak akan terlupakan. Apalagi, ketika menyadari bahwa ALam pun
turut bekerja dan memperlengkapi diri. Bagi saya, ini menjadi semacam pertanda.
Saya tidak peduli apa kata orang lain menyoal rambut saya, yang jelas
saya bahagia menjadi saksi bahwa ALam turut mendukung setiap niat baik dan
tulus, walaupun penuh dengan ketegangan. Tapi, tetap bahagia dan bisa
memaknainya sebagai sesuatu yang luar biasa. Proses yang menjadikan diri
semakin baik.
Saya percaya, setidakmenarik apapun diri kita di mata orang lain, ketika
kita mampu memaknai bahwa ALam ikut mengerjakan sesuatu yang luar biasa bagi
kita, maka tidak ada alasan untuk menyerah dengan prinsip yang kita pegang.
Apalagi kalau kita jujur, bahwa kita tidak memiliki niat yang jahat dan buruk
kepada orang lain. Yakinlah, ketika banyak orang mungkin tidak percaya atau
tidak menyukai, tapi ketika kita bisa jujur kepada diri sendiri tentang niat
dan kelakuan kita, maka ALam akan mengerjakan lebih dari yang kita harapkan.
Singkatnya, ALam akan memihak kepada kita.
Tulisan ini mungkin hanya soal rambut yang telah menemukan jati dirinya.
Tapi, saya yakin dengan memaknai rambut yang juga ikut dibentuk dan diproses
oleh ALam, maka tidak ada lagi alasan untuk tidak percaya bahwa ALam pun turut
terlibat dalam pembentukan diri dan makna kedirian kita selama kita bisa
memaknai relasi kita dengan ALam.
Maka dari itu saya berterima kasih kepada Matahari yang saya saksikan
bersinar di Raja Ampat, Papua Barat. Saya juga berterima kasih kepada Ombak,
Angin, Lautan, Terumbu karang, Ikan, Bulu Babi, dan segala sesuatu yang menjadi
bagian dari proses ALam Semesta.
Rambut saya sekarang sedang menyesuaikan diri dengan kondisi di tempat
saya tinggal sekarang. Dan sepertinya, rambut saya tetap mempertahankan jati
dirinya walaupun panas mataharinya berbeda, tidak ada ombak, apalagi lautan
yang membentang luas di hadapan mata. Tetap saja kribo, dan anehnya tidak
bertambah panjang setelah sekian lama. Juga, digemari banyak orang.
Hahaha…banyak orang yang telah mengaku menjadi fans dari rambut saya.
22 November 2011
M & M
Komentar
Posting Komentar