Tour de Batavia
Bagian 2
Lokasi pertama
pengambilan gambar berada di sekitar daerah Tugu, Jakarta Utara. Lebih tepatnya
di Gereja Protestan Indonesia di Bagian Barat (GPIB). Gedung gereja tersebut
merupakan peninggalan bersejarah dan merupakan bagian dari cagar budaya di
Jakarta. Sentuhan nuansa Belanda di bangunan tersebut begitu terlihat. Pintu
dan daun jendela yang tinggi dan lebar, atap bertingkat, dan tentunya pelataran
yang luas.
Penduduk yang
mendiami daerah sekitar Tugu merupakan penduduk keturunan Ambon-Portugis.
Sejarahnya dulu, mereka memang sengaja di kirim ke kota itu untuk menjadi
pekerja.
Bagian menarik
di gereja ini adalah di sana terdapat pemakaman yang konon berafiliasi langsung
dengan gereja. Namun, dalam perkembangannya, pihak yang menangani gereja
berbeda dengan pihak yang menangani pemakaman.
Pada hari
Minggu itu, kami mengambil gambar gereja dan suasana di sekitarnya. Berbarengan
dengan ibadah yang sedang berlangsung, kami pun tidak menyianyiakan kesempatan
untuk mengambil gambar sebanyak-banyaknya.
Kami mulai
mengambil gambar sejak pukul 9 pagi. Menjelang siang, sinar matahari mulai
menyengat ubun-ubun, tidak terkecuali teman bule kita. Kulit mereka pun memerah seperti kepiting rebus. Mereka sendiri
mengakui itu kok. Hahahaha...
Dari lokasi
pengambilan gambar ini, saya belajar banyak hal mengenai angle pengambilan gambar dan betapa pentingnya backsound suasana sekitarnya. Dengan menggunakan boom mic, kami merekam suara burung,
hembusan angin bersama tarian dedaunan pohon, dan lonceng gereja.
Tibalah saatnya
untuk makan siang. Karena baru pertama kali, maka saya bertanya kepada teman
bule makanan apa yang mereka mau siang hari itu. Mereka dengan fasih
menyebutkan sate ayam dan nasi goreng. Akan tetapi, awalnya saya pesimis karena
di sekitar lokasi kita akan sulit menemukan menu tersebut. Saya tidak mau
kehilangan akal. Siang itu saya menyuguhi mereka Nasi Padang. Sejak itu mereka jatuh cinta, bukan kepada
saya, tapi kepada Nasi Padang. Selamat!
Sejak hari itu,
Nasi Padang menjadi menu utama kita bersama dengan kru produksi juga. Meskipun
mengunjungi lokasi yang berbeda, ternyata Nasi Padang di berbagai lokasi juga
tidak jauh beda rasanya. Tapi, tetap saja digemari.
Kelak saya akan
menceritakan beberapa lokasi bersejarah yang akan kami kunjungi yang memberikan
pengetahuan dan wawasan baru kepada saya secara pribadi. Saya menyukai
pelajaran sejarah, dan pekerjaan kali ini seperti membuka kenangan saya
mengenai masa penjajahan Belanda di Indonesia, khususnya di Batavia ini.
Gambar 1. Bangunan bergaya arsitektur Belanda ini bisa kita temukan di sekitar Kota Tua. Tepatnya di dekat Kali Besar. Foto ini merupakan koleksi fotografer bernama Herry Susanto alias Mas Kopral |
Kelak saya akan
bercerita juga mengenai kegalauan-kegalauan saya secara pribadi. Kegalauan mengenai beban sejarah yang
tiba-tiba menghampiri alam pemikiran saya. Tapi, hal ini tidak mengurangi
keceriaan saya dan semangat saya untuk bekerja bersama-sama dengan kru yang
semuanya laki-laki. Ada semacam tambahan pengetahuan juga tentang mereka.
Nanti, akan saya ceritakan.
(Bersambung)
***
Komentar
Posting Komentar