Tour de Batavia
Bagian 3
Sebelumnya saya
masih ingin bercerita tentang sepulangnya kami dari daerah Tugu, kami mampir
sebentar ke kawasan Kota Tua. Kesempatan yang kami punya, segera kami
manfaatkan untuk mengambil suasana Kota Tua yang saat itu sedang ramai oleh
pengunjung. Ada yang bersepeda ria, ada yang berkumpul bersama teman dan keluarga,
dan ada atraksi ‘jatilan’ sore itu.
Memang bukan
hal yang aneh sih, kedatangan teman bule itu segera menarik perhatian
pengunjung Kota Tua, tidak terkecuali ABG dan anak sekolahan yang sedang
berkumpul bersama dengan teman-teman mereka. Tanpa sungkan, walaupun ada
beberapa yang malu-malu, mereka meminta foto bersama Eugene dan Bastian.
Maklumlah, tidak setiap hari bertemu dengan bule begini. Dalam beberapa menit, mereka sibuk pemotretan bersama dengan
kurcaci-kurcaci itu. Hahahah...
Di penghujung
hari, kami memutuskan untuk makan malam di salah satu rumah makan modern di
sekitar Jakarta. Sambil bercerita dan tertawa, yang pastinya saya menjadi
penerjemah keseluruhan cerita satu sama lain, kami menikmati penghabisan hari
pertama ini dengan minum bir. Maksud saya mereka, saya minum es lemon tea saja.
Sungguh seperti anak kecil saja di antara mereka ini. Kelak saya akan
menceritakan adegan saya meminum bir untuk pertama kalinya. Nanti saja.
Keesokan
harinya kami memulai petualangan di Mesjid Cut Meutia sekitar Menteng. Setelahnya,
kami menyusul ke Taman Suropati. Di Menteng, kami memliki kesempatan untuk
masuk ke rumah dinas Wakil Duta Besar Belanda untuk Indonesia. Rumah tersebut
masih memiliki aura sebagai rumah peninggalan Belanda di masa lampau. Ketika
saya menginjakkan kaki ke dalam rumah tersebut, tiba-tiba bulu tangan saya
mendesir. Mungkin bukan karena disambut oleh mahluk halus yang mendiami rumah
tua tersebut, tapi karena tiba-tiba saya masuk ke dimensi waktu abad ke-19.
Tiba-tiba saya
bisa melihat aktivitas penghuni rumah tersebut. Dengan gaya dan peradaban yang
mereka bawa dari Eropa, mereka mengisi ruang makan yang luas, pelataran ruang
keluarga yang sangat luas dilengkapi dengan perpustakaan pribadi, dan tangga
yang menuju lantai dua yang begitu khas. Akh... apa yang mereka lakukan saat
itu? Yang saya maksudkan dengan mereka adalah penghuni rumah itu pada satu abad
yang lalu.
Sekarang,
kondisi rumah itu tidak jauh beda. Ketika kita masuk ke ruang tamu, kita akan
disambut oleh piano merek Yamaha mungkin. Pemandangan akan segera tembus ke
ruang makan yang tanpa sekat itu. Setelah masuk, ke sebelah kiri, apabila kita
melangkah sebanyak lima langkah saja kita akan disambut dengan ruang televisi
dan rak-rak buku yang menampung ratusan buku. Ruangannya lumayan luas, jadi sambil menonton tipi, atau membaca buku,
kita bisa main futsal sekalian.
Objek yang
menarik perhatian saya tentunya adalah rak buku itu. Tanpa menyisakan waktu
sedetik pun, saya mencuci mata saya dengan berbagai koleksi yang dimiliki oleh
si empunya rumah. Wah, saya menemukan koleksi Charles Dickens, JRR Tolkien,
Vikram Seth, Oscar Wilde, dan beberapa penulis Belanda yang saya yakin juga
menarik untuk dibaca. Nampaknya, semuanya adalah buku-buku tua. Dan saya
semakin ingin berlama-lama di rumah itu. Tapi, tidak bisa.
Hari kedua ini
memang tidak terlalu berjalan mulus. Hari menjadi mendung dan segera kita
dihampiri oleh hujan yang lumayan deras. Kita terpaksa menghentikan pekerjaan.
Dan nampaknya memang mood beberapa
kru sedang tidak enak juga. Hari pertama produksi kemarin ternyata memakan
energi dan mood mereka. Kurva
semangat sedang menurun memang. Saya juga demikian. Dengan baju yang tidak
membuat saya bebas bergerak, ngantuk luar biasa yang membuat bad mood menjadi santapan yang tidak mengenakkan.
Pfffttt!!!!
Untung hujan mengguyur. Selain membasahi emosi yang nyaris kering, juga memaksa
kita untuk istirahat lebih cepat. Setelah
mengantar si bule ke penginapan mereka, saya langsung menuju kosan. Tidak ada
yang bisa menghalangi niat saya untuk tidur seharian ini. Hahahaha...
Gambar 1. Salah satu rumah di daerah Taman Suropati, Menteng. Rumah ini sekarang ditempati oleh perwakilan Duta Besar Belanda. Masih merupakan koleksi dari Fotografer bernama Herry Susanto. |
Akhirnya saya
bisa tidur dengan pulas. Nampaknya, energi untuk esok hari sudah terkumpul.
Saya yakin besok akan menyenangkan dan mengasikkan.
(Bersambung)
***
Komentar
Posting Komentar