Tabungan Hari Baik

Setelah berpikir agak lama, saya berpikir bahwa tidak adil juga kalau kita hanya menabung hari-hari buruk. Seolah-olah hidup kita tidak begitu menyenangkan untuk dijalani. 

Baiklah, berangkat dari tulisan saya mengenai Tabungan Hari Buruk, kini saatnya kita fokus terhadap hari-hari baik dan menyenangkan yang sudah kita lalui. 

Beberapa waktu terakhir ini saya Sedang berusaha mengingat kembali pengalaman-pengalaman baik yang saya alami bersama orang-orang yang saya kasihi. 

Beberapa di antara mereka sudah tidak ada lagi di dunia ini, ada yang begitu jauh jaraknya, dan ada juga yang masih bersama-sama dengan saya. Kadang fisik dan kondisi geografis yang berjauhan tidak menjadi penghalang untuk hari-hari baik itu.

Bagi saya, membicarakan pengalaman menyenangkan yang pernah kita lalui bersama-sama ternyata memberikan semacam energi baru. Pengaruhnya baik bagi otak dan hati saya. Membayangkan kembali memori menyenangkan itu memberikan kehangatan di dalam hati saya, walaupun beberapa sudah meninggalkan dunia ini lebih dulu dari saya.

Sepertinya kita bisa mulai untuk membicarakan pengalaman menyenangkan itu lebih sering. Setuju gak?

Akan tetapi, satu yang membuat saya penasaran mengenai memori manusia ini adalah Apakah otak manusia lebih terlatih untuk mengantisipasi keadaan yang buruk maupun yang traumatis?

Coba deh mulai hitung kira-kira saja, otak kita lebih banyak mengingat pengalaman mana? Apakah lebih banyak mengingat pengalaman buruk atau pengalaman menyenangkan? 

Saat saya bekerja dengan guru-guru, ada masa saat kamı melakukan pelatihan, saya menanyakan mengenai pengalaman menyenangkan yang mereka alami saat mereka sekolah. Kamı biasa juga untuk menanyakan hal yang mereka sukai dari guru mereka di masa dulu.

Tidak sedikit guru yang bercerita ketika mereka dipukul atau dipaksa untuk melakukan sesuatu, yang saat mereka menjadi guru saat ini mereka juga melakukan hal yang sama kepada murid-murid mereka. Mereka menganggap kenangan saat dipukul itu begitu melekat di dalam ingatan mereka ketimbang hal-hal menyenangkan. Mereka juga kesulitan menceritakan pengalaman yang menyenangkan.

Apakah otak kita didesain untuk lebih fokus terhadap memori menyakitkan? Kalau memang pengalaman pahit itu sebaiknya dilupakan, mengapa banyak manusia justru lebih mengingat pengalaman-pengalaman buruk itu?

Seperti spons, otak kita ternyata menyerap pengalaman buruk dan traumatis lebih cepat dan menyimpannya lebih lama. Efeknya pun bisa seumur hidup. Tidak sedikit di antara kita yang ternyata merasa dibentuk dari pengalaman-pengalaman buruk. 

Bagaimana dengan signifikansi pengalaman-pengalaman baik dan menyenangkan dalam pembentukan diri dan jati diri kita?

Berdasarkan sumber banaan yang saya baca, Amygdala dan Hipokampus yang ada di pusat otak kita berperan penting dalam menyimpan dan memproses pengalaman-pengalaman baik maupun buruk ini. Semakin tinggi tekanan terhadap Amygdala, maka fungsi Hipokampus semakin kecil.

Salah satu fungsi Amygdala adalah merekam pengalaman-pengalaman yang dramatis dan emosional yang terjadi pada kita, termasuk pengalaman buruk itu. Sedangkan Hipokampus berfungsi untuk membuat memori-memori itu menjadi memori jangka panjang. Saya menduga Hipokampus lah yang bertanggung jawab untuk mengirim ingatan-ingatan kita ke alam bawah sadar. Silakan koreksi apabila saya keliru ya! :)

Nah, kalau kita mengalami pengalaman buruk atau traumatis, maka ingatan itu akan direkam oleh Amygdala dan tersimpan sementara di sana sebelum diproses oleh Hipokampus. Biasanya pengalaman buruk itu akan menekan kerja Amygdala sehingga Hipokampus tidak akan bekerja secara maksimal. Oleh karena itu, Hipokampus akan segera mengirim ingatan buruk itu ke dalam memori jangka panjang. 

Mungkin itu lah kenapa saat kita diperhadapkan kembali ke penyebab trauma kita, kita akan bereaksi dengan buruk. Otak kita memerintah kita untuk takut dan mengingatkan kita kembali dengan memori menyakitkan itu.

Kesimpulan sementara saya adalah pengalaman buruk membuat otak kita, yang dalam hal ini bagian Amygdala dan Hipokampus tidak bekerja dengan baik. Sedangkan pengalaman baik dan mcenyenangkan membuat kerja otak kita menjadi maksimal.

Kalau begitu, pengalaman baik dan menyenangkan jauh lebih bermanfaat bagi pembentukan diri maupun jati diri kita, bukan?

Melalui tulisan ini, saya ingin mengajak pembaca untuk mulai menabung hari-hari baik yang pernah kalian alami. Akan tetapi, bukan berarti hari-hari buruk tidak akan ada. Tulisan ini juga bukan tentang menjadi positif dalam segala hal. 

Ayo rekam, tulis, dan ceritakan pengalaman-pengalaman baik itu. Kalau-kalau nanti sedang mengalami hari buruk, bisa diingatkan kembali tentang hal-hal yang membangkitkan semangat itu. Setuju? 

Saya akan memulainya juga loh! Saya akan mulai menabung hari-kari baik saya. :))


Toba, Sept 21

M

Komentar

Postingan Populer