#17 Story of Kumis


Kumis adalah kucing paling unik di antara tiga bersaudara ini. Corak hitam yang ada di bawah hidung dan di dagunya membuatnya seperti memilik kumis. Itu lah alasan utama saya menamainya Kumis. Menurut pengamatan saya, Kumis juga adalah kucing yang cepat dewasa. Dia bahkan dewasa melebihi usianya. Bagaimana tidak, pengamatannya yang mendalam dan serius akan banyak hal membuatnya terlihat banyak berpikir.

Badannya yang bongsor membuat saya sedikit khawatir. Khawatir kalau dia dilihat oleh kucing jantan liar dan menganggap dia sudah siap dikawini. Saya sempat sedih membayangkan Kumis akan hamil dan melahirkan di usia yang tergolong prematur. Bisa gitu ya?


Kumis kecil

Dibandingkan saudara-saudaranya yang lain, Kumis termasuk kucing yang cuek. Kalau dia dipanggil jangan harap dia akan datang dengan suka rela. Dia juga tida terlalu memedulikan tidur di mana pun. Kalau dua saudaranya sudah ada di kasur, dia bisa ada di sofa. Dia tidak ikut arus. Hahah...

Kumis juga tidak beta dipeluk, digendong, dan dicium lama-lama. Siap saja ditendang. Jangan main-main sama cewek satu ini! :D


"Liatin apa sih, Mis?"

Saya masih ingat dengan jelas bagaimana Kumis mengamati saya menggunakan kipas di tangan. Dia duduk dalam posisi tegak dan mengarahkan pandangan seriusnya ke arah kipas seolah-olah ingin mempelajari cara kerja kipas itu. Smart gurl!! 

Kumis juga seperti punya dunianya sendiri. Dia bisa pergi kapan saja dan ke mana saja tanpa harus ditemani oleh saudara-saudaranya. Kumis juga punya rasa pensaran yang tinggi tentang banyak hal. Oiya, kalau soal makanan, Kumis tidak segalak Kare sih. Tapi, saya pernah didatangi Kumis ke kamar sambil mengeong agak tinggi.

Kumis is giving love to his brother :)


Saya pun bingung. Terus, setelah saya lihat jam, ternyata sudah saatnya snack sore. :DD Dengan kata lain, Kumis membangunkan saya dari kasur supaya saya segera mengisi piringnya dengan makanan di sore itu. Galak banget memang bunda satu ini! :))

Saya dan Kumis

Kare tidak akan melakukannya. Kimchi juga paling pergi saja kalau piringnya masih kosong. Tapi Kumis justru mengkonfrontasi saya. Pintar banget emang! Pernah juga, Kumis mencurigai plastik yang saya bara dari luar. Dia langsung bisa mencium jejak yang ada di dalam plastik itu. Seringnya benar adanya. Karena kebiasaan itu, setiap kali saya membawa plastik dari luar (meskipun bukan jejak ikan atau daging), Kumis akan memandangi dengan curiga.

Selamat jalan, my smart gurl!

I wov you, always.

Komentar

Postingan Populer