Anatomi Rasa: Ayo Kembali ke Rasa!


"Rasa adalah alat sekaligus tujuan itu sendiri."

Kalau membaca judulnya, jelas lah ya Ayu mau bercerita tentang apa. Betul! Tentang rasa. Rasa yang tertinggal ini. Eaaa...

Anatomi Rasa ini merupakan salah satu jawaban untuk kegelisahan Ayu mungkin dan pembaca bukunya yang sering mempertentangkan antara logika dan rasa. Antara akal sehat dan perasaan. Ayu juga menawarkan solusi untuk perdebatan antara pemikiran barat dan pemikiran timur. 

Ceritanya Parang Jati, yang sudah tidak asing lagi ya dari pembaca setia Ayu, mengirimkan surat kepada Marja, kekasih yang tak ia memiliki, mengenai pemikiran-pemikiran filosofisnya dalam memaknai rasa. Mulai dari asal-muasal dan pemaknaan akan rasa itu sendiri, khususnya dalam khasanah ke-jawa-an.

Melalui buku ini, Ayu mengupas secara mendalam mengenai pemaknaan rasa yang memang sudah sering digunakan terutama oleh nenek moyang kita dari Jawa dalam menjalani dan memaknai kehidupan di dunia. Ayu berargumen bahwa generasi kekinian sudah mulai kehilangan tentang pentingnya rasa. Menilai dengan rasa. Merasa-rasa. :D

Akan tetapi, rasa yang dimaksud Ayu bukanlah baper ya. Tapi, rasa yang begitu filosofis. Rasa yang menjadi bagian dari kesadaran.

"Dalam pendekatan rasa, kita berkesadaran dengan cara yang menyadari kehadiran yang lain sebagai sosok (persona), bukan benda (obyek)."

Jadi, melalui buku ini saya mendapat pesan dari Ayu supaya saya lebih menguatkan rasa yang ada di dalam diri. Dengan menggunakan rasa, kita bisa menilai dengan adil. Dengan menggunakan rasa kita bisa lebih mengenal diri dan sekitar. 

Yang lebih utama adalah dengan menggunakan rasa, kita jadi bisa menerima. Menerima yang berbeda dari kita. Menerima tanpa terkesan menjadi pasrah dan tidak mau berbuat apapun.

Bagaimana, cocok gak ko rasa?


Ende, Juli 2020
M

Komentar

Postingan Populer