Lesson Learned #20: Apa yang Terlihat Tidak Selalu Mewakili Kenyataan


Orang sering bilang mata bisa menipu. Kita hanya melihat apa yang ingin kita lihat saja. Ada benarnya juga mungkin peringatan itu. Tapi, saya juga tidak bisa menutup mata kalau saya juga ingin melihat sesuatu yang indah dan menyenangkan, kan? :) 

Di era teknologi canggih sekarang ini kita sudah dimudahkan kalau ingin mencari berita dan informasi yang menarik. Pilihannya sudah banyak, bahkan kadang saya pikir terlalu banyak sampai tidak tahu lagi mana yang beneran menarik.

Selama bekerja delapan tahun belakangan ini, saya belajar bahwa banyak cara yang bisa dilakukan untuk memoles segala sesuatunya supaya terlihat baik dan menyenangkan. Lagian siapa sih yang mau terlihat apa adanya? Apalagi kalau sudah akan dilihat oleh khalayak.

Saya tidak mengatakan kalau memoles sesuatu supaya lebih indah itu salah. Akan tetapi, dari pengalaman saya selama ini, banyak yang melakukan segala cara termasuk berbohong supaya terlihat baik di mata banyak orang.

Ah.. Kamu sih, Mon. Terlalu idealis. Sudah banyak orang kok melakukan ini, bahkan jauh lebih parah lagi bohongnya.

Two wrongs doesn't make it right.

Semua harus terlihat baik. Saya harus terlihat sudah bekerja keras dan layak dipuji oleh banyak orang. Semua kerja keras saya harus diakui oleh orang lain. Saya layak mendapatkan perhatian seperti ini.

Kalau dalam media sosial misalnya, banyak orang juga yang berlomba-lomba untuk terlihat sedang menikmati hidup dan telah mencapai banyak hal dalam hidupnya. Tidak jarang juga sampai berbohong demi mendapatkan jumlah 'like'.

Iya, banyak hal yang bisa kita lakukan memang supaya terlihat baik dan menyenangkan. Tapi, pertanyaannya adalah apakah yang kita perlihatkan itu sudah mewakili kenyataan yang ada? Apakah yang kita ceritakan ke orang-orang adalah kebenaran?

Atau semua itu hanya polesan saja.
"Tidak semua, Mon orang mau melihat jauh ke dalam lagi. Kalau mereka sudah lihat bagus di permukaan, tidak banyak yang mau repot-repot kok untuk menggali ke dalam. Lagian, siapa juga yang mau melihat yang jelek dan apa adanya."

Saya juga perlu mengingatkan diri saya bahwa saya tidak punya kewajiban untuk terlihat baik dan menyenangkan bagi semua orang. Saya tidak perlu memoles diri dan memoles cerita saya supaya mengundang pujian dari orang. Berat sih! Tapi, masih ada kesempatan untuk memperbaikinya.

Saya perlu mengingatkan diri saya juga bahwa apa yang dilihat oleh mata saya tidak mewakili semua cerita. Pasti masih banyak cerita-cerita yang jauh lebih manusiawi yang tak terlihat. Saya perlu melatih diri untuk mengenali dan menggali cerita-cerita itu, yang apa adanya itu.

Saya juga perlu mengingatkan diri saya bahwa saya perlu terlihat baik dan menyenangkan di sosial media. Setuju gak?


Ende, Juli 2020
M

Komentar

Postingan Populer