Breakfast at Tiffany's: A Free Spirited Woman Who Finds Her Place in the World


"Never love a wild thing...If you let yourself love a wild thing, you'll end up looking at the sky."

Ketika membahas buku ini saya tidak bisa memisahkan diri saya dari filmnya yang dibintangi oleh Audrey Hepburn. Film ini merupakan salah satu film yang wajib ditonton sebelum mati. Hahah... Sangar juga ya. :D

Sebenarnya saya menonton filmnya terlebih dahulu kemudian membaca ceritanya dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Tidak banyak buku yang difilmkan dengan baik sesuai keinginan dan interpretasi pembaca akan sebuah cerita. 

Akan tetapi, setelah membaca bukunya dan menonton filmnya berkali-kali, saya tidak kecewa sih. Breakfat at Tiffany's ini salah satu film yang memang bagus dan wajib ditonton dan bukunya juga wajib dibaca.

Holy Golightly merupakan tokoh utama di dalam cerita ini. Seorang perempuan muda modis yang hidup dengan gaya hidup kelas menengah atas di New York. Masa lalu Holy tidak seindah yang dibayangkan. Pada usia 14 tahun, dengan terpaksa ia harus menikah dengan seorang dokter hewan demi kelangsungan hidupnya dan adiknya, Fred.

Selang beberapa tahun kemudian, Holy melarikan diri dari kehidupan peternakannya. Holy pergi meninggalkan kehidupan lamanya dan berjuang untuk memiliki hidup yang diinginkannya di New York. 

Holy bergaul dengan pejabat, seniman, dan orang terkenal di kalangan masyarakat tersebut. Holy juga mencari penghidupannya dengan menjadi pengunjung tetap seorang bandar narkoba di penjara. Holy dibayar tetap untuk mengunjungi dan melaporkan perkiraan cuaca.

Buku ini diceritakan dengan menggunakan perspektif orang pertama, yaitu si penulis menjadi narator dan tokoh di dalam cerita ini. Paul Varjak namanya. Holly bertemu dengan si narator dan menjadi sahabat sejak pertemuan pertama. 

Sejak bertemu dengan Holy, kehidupan Paul sebagai seorang penulis muda mengorbit di sekitar Holy. Holy mendambakan kehidupan yang bebas, sedangkan Paul ingin bersama-sama dengannya. Holy menolak ide itu dengan memutuskan untuk terbang ke Brazil.

“You call yourself a free spirit, a "wild thing," and you're terrified somebody's gonna stick you in a cage. Well baby, you're already in that cage. You built it yourself. And it's not bounded in the west by Tulip, Texas, or in the east by Somali-land. It's wherever you go. Because no matter where you run, you just end up running into yourself.”

Kalau menonton filmnya, kita akan dibawa kepada akhir yang mungkin kita semua harapkan. Akhir cerita yang begitu hollywood banget. Akan tetapi, di cerita aslinya Holy terbang ke Brazil dan Paul tidak pernah lagi mengetahui kabarnya setelah itu.

Melalui Holy Golightly yang berusaha menemukan tempatnya di dunia ini, saya merasakan keinginannya untuk tidak terikat dengan apapun. Menjadi seorang free spirited. Mengejar cita-citanya dan berusaha keras untuk mendapatkannya.

"poor slob without a name. It's a little inconvenient, his not having a name. But I haven't any right to give him one: he'll have to wait until he belongs to somebody. We just sort of took up by the river one day, we don't belong to each other: he's an independent, and so am I. I don't want to own anything until I know I've found the place where me and things belong together. I'm not quite sure where that is just yet. But I know what it's like."


Kenapa judulnya Breakfast at Tiffany's? Karena di dalam cerita ini, Holy senang memandangi perhiasan yang dipamerkan di toko Tiffany sambil makan roti dan minum kopinya. Holy juga mengumpamakan kehidupannya seperti perhiasan-perhiasan yang dipamerkan di toko itu. mendapatkannya.

Cerita dalam buku maupun film ini begitu personal bagi saya. Mungkin karena itu saya tidak akan berhenti untuk menonton filmnya dan menghayati cerita dalam bukunya. Seorang perempuan yang menemukan tempatnya di dunia ini.

Selamat membaca!


Ende, Juli 2020
M

Komentar

Postingan Populer