Born A Crime: Menertawakan Tragedi Kehidupan

"If you're Native American and you pray to the wolves, you're a savage. If you're African and you pray to your ancestors, you're a primitive. But when white people pray to a guy who turn water into wine, well, that's just common sense."

(Kalau kamu seorang Indian dan berdoa kepada serigala, kamu liar. Kalau kamu orang Afrika dan berdoa kepada nenek moyangmu, kamu primitif. Tapi, kalau kamu orang kulit putih dan berdoa kepada sosok laki-laki yang mengubah air menjadi anggur, itu tidak masalah.)

Trevor Noah merupakan seorang komedian--stand up comedian, yang sekarang ini menjadi lebih terkenal setelah menjadi pembawa acara The Daily Show, acara bincang-bincang yang sebagian besar mengkritisi kebijakan dan kehidupan di Amerika dalam bentuk komedi.

Saya bukan penggemar autobiografi. Tapi, saya memberikan pengecualian kepada buku ini. Setelah menyaksikan banyak video Trevor saat menjadi seorang stand-up comedian, saya percaya bahwa dia bukanlah sembarang komedian. 

Dia komedian yang benar-benar berpikir. Trevor adalah komedian yang berani menertawakan tragedi. Menceritakan tragedi dalam bentuk komedi tanpa menghilangkan dan mengurangi kepedihan yang sebenarnya.

Trevor merupakan anak dari Patricia dan Robert Noah. Pada masa ia lahir di Afrika Selatan, orang kulit putih dilarang melakukan aktivitas seksual apalagi menjalani relasi dengan penduduk asli. Ibunya Trevor merupakan seorang Xhosa, salah satu suku dominan di Afrika dan ayahnya merupakan seorang kulit putih asal Swiss. 

Trevor lahir dengan kulit berwarna cokelat. Dia bukan kulit hitam, bukan kulit putih juga. Oleh karena itu, Trevor menganggap bahwa kelahirannya merupakan sebuah kejahatan. Dia dilahirkan dari sebuah relasi yang dianggap sebagai sebuah tindakan kriminal.

Sebagian besar cerita dalam buku ini merupakan kisah hidup Trevor dari kecil hingga memasuki usia remaja. Trevor masih berusia lima tahun, saat Apartheid memisahkan orang-orang kulit putih dan kulit hitam. Apartheid membekaskan efek laten rasisme di dalam diri Trevor.

Walaupun kehidupan Trevor saat itu bisa dibilang tidak menyenangkan, Trevor bisa menemukan momen-momen sederhana yang membuatnya tetap bisa mengingat masa kecilnya dengan cara menyenangkan. Salah satunya ketika Trevor bercerita tentang anjingnya yang bernama Fufi. Fufi merupakan anjing kesayangan Trevor yang kebetulan tuli. Dari Fufi, Trevor belajar tentang kita tidak bisa memiliki semua yang kita cintai. Aww....

"I believed that Fufi was my dog, but of course that was't true. Fufi was a dog. I was a boy.We got along well. She happened to live in my house. That experience shaped what I've felt about relationship for the rest of my life: you do not own the thing that you love."

Salah satu tragedi dalam hidup Trevor yang paling membekas adalah ketika ibunya ditembak oleh ayah tirinya. Untungnya ibunya selamat dan berhasil dioperasi. Trevor tidak percaya bagaimana ibunya masih tetap bersyukur kepada Tuhan setelah ditembak seperti itu.

Sosok Patricia, ibunya merupakan sosok yang sangat menginspirasi Trevor sampai saat ini. Acara komedi Trevor di Netflix bahkan berjudul 'Son of Patricia'. Trevor mendapatkan banyak pembelajaran hidup dan bagaimana memperlakukan perempuan dari petuah dan teladan yang diberikan oleh ibunya.

Ahh.. Kalau berbicara tentang Trevor Noah sih saya tidak akan kehabisan topik. Saat membaca bukunya ini, saya seperti sedang mendengarkan Trevor bercerita dengan gayanya seperti biasa seperti yang saya saksikan di youtube

Membaca bukunya ini, kita bisa menertawakan tragedi dalam hidup, yang mana bagi saya merupakan tahap akhir penerimaan akan hidup. Yaitu dengan cara menertawakan tragedi. 

Selamat membaca!


Ende, Juli 2020
M

Komentar

Postingan Populer