Lesson Learned #5: Kritis Tanpa Berusaha Menjatuhkan



Masih banyak orang yang menganggap bahwa kritikan merupakan upaya untuk menjatuhkan lawan bicara atau rekan kerja. Kalau mau dibawa ke perasaan sih, ya bisa jadi. Akan tetapi, saya berpikir kalau kita bisa memberikan respon yang berbeda saat diberikan kritikan. 

Reaksi pertama yang sangat menusiawi adalah membela diri. Ketika dikritik dan diberikan masukan, secara otomatis system pertahanan diri akan merespon dengan cara memberikan pembenaran akan tindakan itu dan juga membela diri sendiri. Tidak apa-apa. Sangat manusiawi kok!

Akan tetapi, yang menjadi pertanyaan adalah kapan kita perlu membela diri dan kapan kita perlu menerima masukan dan kritikan itu? Beberapa orang mungkin masih ada di zona abu-abu. Ingin menerima masukan itu, tapi masih gengsi.

Selama delapan tahun saya bekerja dengan orang lain, saya sudah pernah berada di posisi yang memberikan kritikan dan yang dikritik juga. Saat memberi kritikan, sebenarnya saya tidak terlalu berani karena masih ingin menjaga perasaan rekan kerja. Hal ini sebaiknya jangan dipelihara ya! 

Belakangan ini saya melihat bagian dari diri saya yang lain, yaitu saya bisa memaklumi orang, tapi di dalam hati saya tetap merasa tidak nyaman dengan kelakukan mereka. Jadi, saya kelihatan baik-baik saja dari luar, tapi saya memendam kekesalan. Kebiasaan ini tidak baik untuk kesehatan mental dan diri sendiri. 

Ada baiknya memang dikeluarkan dan disampaikan saja kepada orang yang bersangkutan. Kalau akhirnya membuat relasi tidak baik, itu risiko yang harus diterima. Tapi, potensi membuat relasi makin baik juga ada. Biasanya kalau sudah bisa melewati masa-masa kritis ini, relasi justru bisa semakin kuat.

Nah, ulasan saya mengenai kritis tanpa berusaha menjatuhkan ini lebih kepada anjuran untuk tetap memelihara kesadaran di tempat kerja. Kenali potensi-potensi ketidakadilan maupun mis-manajemen yang ada. Kamu bisa memiliki ide dan passion yang sama dengan orang-orang yang bekerja bersamamu, tapi jangan lupa diri. 

Hal utama yang saya lakukan adalah menjaga jarak. Saya selalu berusaha untuk berjarak dengan perusahaan/organisasi tempat saya bekerja. Jarak ini bisa membantu saya untuk menilai diri, rekan kerja dan visi organisasi tempat saya bekerja. Hasilnya adalah saya bisa menilai dengan objektif. 

Saya bisa mengidentifikasi praktik-praktik yang masih perlu diperbaiki. Tujuannya sebenarnya ya untuk perbaikan sistem saja sih dan juga untuk peningkatan kualitas tempat kerja maupun orang-orang yang bekerja di dalamnya. Jadi, sesuka apapun saya dengan visi dan misi tempat saya bekerja atau se-passion apapun saya, saya tetap menjaga jarak. Untuk bisa menilai dari kejauhan dan untuk memperbaiki yang masih bisa diselamatkan. Kritis itu perlu.

Komentar

Postingan Populer