Guns, Germs & Steel: Ras Bukan Penentu Kemajuan Suatu Peradaban


"Kasarnya begini, Thomas Alfa Edison tidak mungkin punya waktu untuk menemukan bola lampu kalau dia harus berburu untuk mencari makanan seperti yang dilakukan oleh kelompok masyarakat adat di Kenya."

Jared Diamond dikenal dengan karya dan penelitian yang kaya akan pengetahuan. Terbukti sih! Membaca hampir semua buku yang beliau tulis, saya tiba-tiba mendapatkan pencerahan tentang banyak hal.

Buku Guns, Germs & Steel ini ditulis oleh Jared setelah mendapatkan pertanyaan dari seorang tetua adat di Papua Naguni saat melakukan penelitian tentang burung di sana. Tetua itu bertanya "Kenapa kalian orang kulit putih memiliki banyak sekali barang-barang, sedangkan kami orang kulit hitam tidak." Pertanyaan ini menggugah pemikiran dan ide Jared Diamond untuk menuliskan buku ini. Pada tahun 1997, buku ini diganjar dengan penghargaan Pulitzer Prize untuk kategori nonfiksi.

Premis utama buku ini adalah bahwa kondisi geografis suatu bangsa atau negara menentukan kemajuan masyarakat yang yang berdiam di dalamnya. 

Sejak 500 juta tahu lalu, manusia pertama mendiami bumi tepatnya di Benua Afrika. Kemudian mereka berpindah dan berpencar ke hampir seluruh penjuru dunia. Manusia mencari makanan dengan berburu dan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lainnya.

Kemudian, 11 ribu tahun lalu, manusia mengenal sistem pertanian. Kemajuan yang dialami oleh sebagian manusia. Pada abad ke-15, kemajuan yang siginifikan terjadi dalam kelompok masyarakat tersebut. Salah satu buktinya terlihat dari ekspansi negara-negara Eropa ke peradaban di Inka dan Amerika. 

Kemajuan ini telah terlihat sampai sekarang ya dan kita tahu belahan bumi bagian mana yang mengalami kemajuan yang sangat pesat dan belahan bumi bagian mana yang masih jauh tertinggal di belakang.

Akan tetapi, yang perlu kita ingat adalah faktor yang membuat kemajuan yang tidak merata itu bukanlah karena ras, seperti yang banyak dipercaya oleh orang-orang seperti white supremacist maupun kelompok ultra kanan.

Membaca buku ini juga memberikan pencerahan kepada saya mengenai asal-usul nenek moyang kita orang Indonesia. Masih banyak orang Indonesia yang mengklaim diri mereka sebagai pribumi atau ras asli penduduk Indonesia. Heiloo... Membaca buku ini akan membantu memberikan perspektif mengenai kebenaran keyakinan itu.

Well, keyakinan Anda salah.
Nenek moyang kita orang Indonesia itu disebut sebagai Austronesia. Mereka datang dari Cina Selatan dan bermigrasi ke pulau-pulau yang kita kenal sebagai Indonesia ini. Saat mereka tiba di Pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi, mereka beranak-pinak dengan penduduk yang telah mendiami pulau-pulau itu sebelum dinamai sebagai Indonesia. Jauh sebelum negara Indonesia terbentuk.

Tapi, kenapa sepertinya orang Papua tidak mengalami asimilasi?
Kenapa mereka tetap tertinggal dibandingkan orang-orang di pulau yang disebutkan di atas?

Hal itu terjadi karena kontur dan kondisi geografis Pulau Papua sangat sulit untuk dijangkau oleh nenak moyang kita dulu. Sistem pertahanan tubuh mereka belum beradaptasi dengan penyakit seperti Malaria, yang mana bagi orang Papua sudah seperti penyakit sehari-hari. Oleh karena itu, tidak banyak nenek moyang kita yang menjangkau Papua.

Papua sendiri dulunya bersatu dengan Australia. Patahan-patahan tektonik jutaan tahun lalu memisahkan mereka. Orang Papua dan Aborigin memiliki nenek moyang yang sama. Jadi kalau mau bilang Papua lebih mirip siapa, ya dengan orang Aborigin. Bukan Austronesia berkulit kuning langsat seperti kebanyakan kita. Yekan?

Jadi, tidak benar kalau kita masih memisah-misahkan penduduk Indonesia sebagai pribumi atau pendatang. Wong, kita semuanya adalah pendatang. Nenek moyang kita yang telah mengusir dan membunuh penduduk asli pulau-pulau sebelum menjadi Indonesia itu.

Nah, di dalam buku Guns, Germs, and Steel ini, pembaca juga akan menemukan bahwa invasi-invasi yang dilakukan oleh bangsa Eropa ke hampir seluruh benua di dunia ini juga membawa banyak bibit penyakit yang telah membunuh penduduk asli yang mereka temui.

Keberhasilan orang Eropa untuk menguasai pengetahuan dan kemajuan teknologi tertolong oleh kondisi geografis benua itu yang memungkinan tumbuhnya beragam sumber makanan dibandingkan dengan orang Indian atau Afrika karena secara geografis tidak menguntungkan untuk penyediaan banyak sumber makanan dan hewan untuk dipelihara.

Jadi, jangan heran kalau Eropa dan China menguasai hampir semua pengetahuan ya! Ketersediaan sumber pangan memungkinkan mereka untuk belajar dan bereksperimen tentang penemuan-penemuan yang telah membawa kemajuan yang signifikan di seluruh dunia.

Kasarnya begini, Thomas Alfa Edison tidak mungkin punya waktu untuk menemukan bola lampu kalau dia harus berburu untuk mencari makanan seperti yang dilakukan oleh kelompok masyarakat adat di Kenya. 

Atau Alexander Graham Bell tidak akan punya waktu untuk memikirkan cara untuk menghubungi kekasihnya kalau ia masih harus sibuk menyusuri tanah tandus Amerika bersama Alpaca untuk mencari jagung untuk dimakan. Yekan?

Selamat membaca ya!
Saya akan mengulas buku Jared Diamond yang lain di unggahan berikutnya.
Buku ini sangat layak untuk dibaca loh!


Ende, Juli 2020
M













Komentar

Postingan Populer