Perawan Dalam Cengkraman Militer: Perempuan dan Perang (1)


"...Kalian para perawan remaja, telah aku susun surat ini untuk kalian, bukan saja supaya kalian tahu nasib buruk yang biasa menimpa para gadis seumur kalian, juga agar kalian punya perhatian terhadap sejenis kalian yang mengalami kemalangan itu..."

Pram, begitu beliau biasa disapa merupakan salah satu penulis paling berpengaruh di Indonesia. 

Tulisan-tulisannya pun sempat dilarang di masa Orde Baru karena dianggap mengancam kemapanan penguasa dan sarat akan kritik. Buku ini merupakan salah satu karya nonfiksi yang wajib dibaca oleh para penggemar sejarah maupun penggemar Pram sendiri.

Kisah dalam buku ini merupakan cerita tentang perempuan-perempuan remaja yang diculik oleh Jepang dengan iming-iming untuk disekolahkan ke Jepang dan Singapura pada masa PD II (1942-1943). Para remaja perempuan yang diculik itu disebar ke berbagai penjuru Indonesia yang diduduki oleh tentara Jepang. 

Janji untuk disekolahkan pun tinggal hanya janji. Nyatanya mereka dipaksa menjadi budak seks tentara Jepang, yang lebih dikenal dengan istilah Jugun Ianfu. Salah satu lokasi tempat pembuangan mereka ada di Pulau Buru, Maluku. 

Buku ini merupakan kumpulan catatan penelitian yang dilakukan oleh Pram dan sahabat2nya di pembuangan. Setelah Jepang kalah dalam PD II, nasib para perempuan ini menjadi terkatung-katung. 

Tidak ada opsi untuk pulang kampung juga karena sudah terlalu lama meninggalkan desa mereka. Selain itu, beban moral yang menyiksa mereka membuat mereka terlalu malu untuk berhadapan muka dengan orang-orang di kampung halaman mereka.

Akhirnya, jalan yang mereka pilih adalah dengan menikahi pemuda asli Pulau Buru. Mereka menjadi istri dan tinggal di pedalaman Pulau Buru itu. Mereka juga dilarang berbicara dengan orang-orang yang mereka temui. Mereka tidak boleh menceritakan pengalaman pahit mereka di masa silam.

Dalam ulasan saya berikutnya, saya akan membahas buku yang menceritakan derita perempuan di masa perang dan penjajahan. Menurut saya, masih banyak kisah-kisah pahit semasa perang, khususnya yang dialami oleh perempuan yang tidak diceritakan kepada generasi seumur saya atau yang lebih muda dari saya.

Mengapa? Saya juga belum tahu. 
Apakah menceritakan sejarah kelam suatu bangsa membuat ketahanan maupun kedaulatan negara atau penguasa menjadi terancam?

Apakah generasi muda sekarang siap menerima cerita-cerita duka dan pahit yang membentuk masyarakat yang dia tinggali?

Apakah sebaiknya generasi mendatang mengetahui sejarah kelam ini?
Bagaimana saya sebagai perempuan sebaiknya menyikapi peristiwa menyakitkan ini?


Ende, 16 Juli 2020
M





Komentar

Postingan Populer