Menjadi Tua


"Apa artinya menjadi tua?"

Dua minggu belakangan ini, saya sedang merapikan beberapa folder foto untuk meringankan beban memori. 

Memori penyimpanan maksudnya, bukan memori di kepala saya ya. :D

Saat saya melihat foto-foto di masa lalu, terbersit di dalam pikiran saya pertanyaan "Apa sih yang berubah dari dalam diri saya setelah sekian lama ini?" 

Saya coba bandingkan foto diri beberapa tahun lalu dengan foto diri terbaru. Awalnya saya tidak tahu menjelaskan perubahan seperti apa yang sudah terjadi, terutama yang bisa saya lihat dengan mata saya sendiri.

Setelah berpikir dan merenungkannya, satu yang pasti adalah jelas saya bertambah tua. Di tahun 2011 itu saya sedang melakukan pengabdian masyarakat di Raja Ampat dan saya berumur 22 tahun saat itu. Perubahan yang paling saya sukai adalah rambut saya semakin menggelegar. Susah disisir dan memang tidak berniat untuk menyisirnya dalam waktu yang lama. :D

Waktu itu juga kaki saya korengan karena bekas gigitan agas. Saya bangga banget menunjukkan koreng itu dengan memakai celana pendek kemana-mana. Saya juga kelihatan dekil. Kelamaan berjemur di matahari dan mandi air laut. Ahh.. Senang banget!! Itu lah saya saat berumur 22 tahun.

Sekarang saya hampir berumur 31 tahun. Saya tidak tahu ya, mungkin saya tidak kelihatan antusias di umur ini. Jauh berbeda dengan saya di umur 22 tahun. Di umur ini saya akan berpikir 20x untuk berpanas-panasan di bawah terik matahari. Saya juga akan mempertimbangkan untuk mandi air laut. Salah satu pertimbangannya adalah dengan siapa saya akan ke laut. Hahaha...

Kalau dulu saya masih antusias untuk bertemu orang baru, sekarang saya malas. Dulu saya masih percaya bahwa setiap orang pasti punya sesuatu untuk saya pelajari, sekarang saya tidak peduli. Apalagi di umur ini sudah mudah untuk menghakimi dan melontarkan ketidaksukaan. Saya tidak terlalu peduli lagi dengan kehidupan sosial. Apa itu efek bertambah tua ya? :D

Bisa jadi sih. Tidak apa-apa sih.
Saya tidak perlu malu untuk menjawab umur ketika ditanyakan. Saya tidak perlu sungkan untuk mengaku tua juga. 

Oiya, rambut saya menemukan jati dirinya setelah saya pulang dari Raja Ampat. Konsisten untuk brekele. Tidak bisa disisir. Kalau saya bilang sih kayak rambut singa. Menggelegar, tapi juga kelihatan mewah. Apa pula ini? :D

Kalau dulu saat masih berumur 22, mungkin saya masih penuh dengan optimisme dan semangat. Saya memandang dunia sebagai taman bermain yang menyenangkan. Sekarang, dunia terlihat buram dan tidak menyenangkan. Ibaratnya seperti rasa ngilu pada sendri yang selalu kambuh saat musim hujan. Selalu menciptakan dan memunculkan keluhan-keluhan yang berbeda setiap hari.

Pandangan saya juga berubah tentang laki-laki. Kalau dulu saya memandang laki-laki sebagai sosok yang harus sama baiknya seperti perempuan. Laki-laki idaman saya akan datang dengan kuda putih. Laki-laki idaman saya akan membaca buku yang saya baca. Laki-laki idaman saya akan memasak makanan yang enak setiap hari. Laki-laki idaman saya yang menyukai film favorit saya juga. Sekarang bagaimana?

Laki-laki idaman saya mungkin sedang tersesat di hutan Amazon. Ditabrak bus. Menjelajah luar angkasa. Drama Korea banget ya? :D

Intinya, saya tidak peduli lagi. Tidak lagi memikirkannya dan menjadikannya agenda sehari-hari. Beneran udah tua banget ya? Terlalu menghayati sih kayaknya ini. :D

Apa ya artinya dengan menjadi tua ini?
Apakah memang ini adalah siklus alami yang harus dijalani sebagai manusia?
Mungkin tidak perlu ada artinya juga kali ya?

Menjadi tua. 
Saya juga tidak yakin mau kembali ke masa-masa menyenangkan di umur 22 tahun itu sih.
Bagaimana dengan kamu?


Ende, Juli 2020
M




Komentar

Postingan Populer